PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID - UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri (UIN Saizu) Purwokerto menunjukkan komitmennya dalam pelestarian lingkungan, dengan ikut ambil bagian dalam Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa. Program ini diinisiasi oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).
Kegiatan penanaman Pohon Matoa di Kampus Hijau dipimpin langsung Rektor UIN Saizu Purwokerto, Prof. Ridwan, dihadiri para wakil rektor, pejabat kampus, serta stakeholders terkait dan media massa. Kegiatan berlangsung di lahan Kampus I Purwokerto, pada Senin (21/4/2025).
Menurut Prof. Ridwan, hal ini menjadi bagian dari konsen Kementerian Agama untuk menghijaukan bumi ini dalam rangka untuk membangun bumi yang sejuk, yang nyaman, dan indah. UIN Saizu mengambil peran dengan menanam Pohon Matoa di Kampus I Purwokerto dan Kampus II di Purbalingga.
"Hari ini, Senin (21/4/2025), UIN Saizu Purwokerto melakukan penanaman Pohon Matoa sebagai bagian dari Program Kementerian Agama dalam Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa di seluruh Indonesia. Langkah ini menjadi bentuk nyata kepedulian kami terhadap kelestarian lingkungan,” ungkapnya.
BACA JUGA:30 Peserta Lolos Tahap Akhir Seleksi Paskibraka Kabupaten Banyumas 2025
BACA JUGA:Pemkab Amankan Aset Kebondalem
Dia menambahkan, gerakan ini tidak hanya sekadar menanam pohon, melainkan juga sebagai simbol tanggung jawab spiritual terhadap ciptaan Tuhan. Harapannya, langkah kecil ini dapat memberikan dampak besar bagi kelangsungan hidup bumi.
Pohon Matoa dipilih sebagai ikon gerakan ini bukan tanpa alasan. Matoa merupakan tanaman endemik khas Papua yang memiliki keunggulan ekologis, sosial, dan budaya. Secara ekologis, pohon ini sangat adaptif dan mampu tumbuh di berbagai kondisi tanah serta iklim tropis Indonesia.
Daunnya yang rindang berfungsi sebagai peneduh alami dan penghasil oksigen yang baik, sehingga membantu mendinginkan suhu lingkungan. Buah Matoa juga dikenal kaya akan antioksidan dan vitamin, memberikan manfaat kesehatan yang besar.
"Selain itu, nilai budaya pohon ini sangat kuat. Di beberapa daerah di Indonesia, khususnya Papua, kayu matoa digunakan dalam konstruksi rumah adat dan menjadi simbol kearifan lokal," bebernya.
Dengan menanam Pohon Matoa, Kementerian Agama ingin menyampaikan pesan penting, menjaga lingkungan dapat dimulai dari pelestarian tanaman lokal yang sarat nilai dan manfaat. Ini sejalan dengan pendekatan ekoteologi, yaitu pendekatan religius terhadap pelestarian lingkungan.
Gerakan penanaman Pohon Matoa merupakan bagian dari program Ekoteologi yang masuk dalam Asta Program Prioritas Kementerian Agama RI 2025–2029. Berdasarkan Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kemenag Nomor 182 Tahun 2025, program ini bertujuan memperkuat harmoni antara manusia, alam, dan budaya.
Kegiatan ini bukan hanya dilakukan oleh UIN Saizu Purwokerto, tetapi juga melibatkan seluruh satuan kerja Kementerian Agama, seperti rumah ibadat, kantor Kemenag, pesantren, madrasah, hingga perguruan tinggi keagamaan di seluruh Indonesia.
Upaya kolektif ini menjadi bagian dari implementasi Asta Cita Presiden dan Wakil Presiden RI, khususnya cita ke-8 yang menekankan pentingnya harmoni dengan alam dan peningkatan toleransi umat beragama.
Distribusi bibit dilakukan melalui kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Dinas Kehutanan, serta kelompok tani. Monitoring juga dilakukan menggunakan teknologi geotagging untuk memastikan keberhasilan program.