Partai Gelora Resmi Berdiri

Senin 11-11-2019,12:50 WIB

JAKARTA – Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia akhirnya resmi berdiri. Partai besutan eks kader PKS itu mulai diperkenalkan ke publik, kemarin (10/11). Mengambil lokasi di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, momen tersebut dihadiri ratusan orang. Mereka adalah para inisiator serta pimpinan pengurus DPW tingkat provinsi. Fahri Hamzah salah satu inisiator mengatakan seluruh prasyarat sudah dilengkapi. Itu mencakup 1.200 orang pendiri sampai ke tingkat daerah. Inisiator pusat sebanyak 99 orang. Pihaknya juga telah menunjuk pimpinan inti di 34 provinsi. Mencakup ketua, wakil ketua, sekretaris dan bendahara. Nah, pengurus inti tingkat DPW inilah yang ditugaskan untuk membentuk kepenguruan di tingkat kabupaten/kota. Dokumen lengkap tersebut sudah diserahkan ke notaris untuk didaftarakan ke Kemenkum HAM. Biasanya Kemenkum HAM akan bekerja dua bulan untuk melakukan verifikasi data. ’’Setelah itu resmi deklarasi,” paparnya. Fahri juga blak-blakan menjawab tudingan banyaknya kader eks PKS bedol desa masuk Partai Gelora. Dia bilang, tidak ada paksaan bagi mantan kader PKS untuk masuk partainya. Dia menuding, mantan kader PKS yang loncat ke partainya tidak menemukan masa depan di PKS. Pasalnya, ungkap dia, banyak sekali larangan yang tidak boleh dilakukan oleh kader. ’’Misalnya kader tidak boleh ngomong, tidak boleh tanya. Iya tidak begitu dong. Parpol kan harus transparan,” imbuhnya. Ya, sejumlah eks kader PKS kini menjadi bagian dari Partai Gelora. DKI Jakarta ada Tri Wisaksana. Mantan wakil ketua DPRD DKI Jakarta fraksi PKS itu kini menjabat ketua DPW Partai Gelora DKI Jakarta. Mantan ketua DPW PKS Jatim Hamy Wahjunianto juga merapat ke Parftai Gelora. Selain itu ada juga nama Dedy Mizwar eks kader Demokrat dan mantan wakil gubernur Jawa Barat. Di lokasi sebagian besar mereka yang ikut mendeklarasikan Parta Gelora mengenakan jaket berwarna putih cerah. Bagian dada kiri terdapat lambang partai. Berbentuk bundaran bulat dengan kombinasi warna merah, putih, biru laut dan biru toska. Di bawah lambangnya tertulis Gelora Indonesia. ’’Kegiatan hari ini (kemarin, red) menandai bahwa partai ini sudah lahir,” kata inisiator Partai Gelora Anis Matta. Anis Matta ditunjuk menjadi ketua umum Partai Gelora. Eks presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu memimpin secara aklamasi melalui rapat konsolidasi sejak Sabtu lalu (9/11). Adapun Fahri Hamzah menjabat wakil ketua umum. Sekretaris Mahfudz Siddiq dan bendahara umum Achmad Riyaldi. Keempatnya adalah mantan anggota DPR fraksi PKS. Anis Matta tidak menampik sebagian besar kader Partai Gelora saat ini merupakan mantan anggota PKS. Terutama para inisiator dan pengurus inti tingkat DPW. Dia pun tidak mengelak bahwa pendirian partai tersebut sedikit banyak karena dipicu konflik di internal PKS. ’’Itu tidak saya nafikan. Di sini ada Fahri Hamzah. Namun kami tidak bekerja dengan latar belakang sakit hati,” tegasnya. Anis berjanji segera melakukan rekrutmen terbuka setelah struktur sampai tingkat kabupaten/kota terbentuk. Fokus saat ini, tambah dia, adalah menuntaskan pendaftaran ke Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkum HAM) menjadi partai berbadan hukum. Setelah itu, pihaknya akan melakukan deklarasi dan rekrutmen terbuka. Target terdekat adalah menatap pilkada 2020 serta pemilu 2024. ’’Mungkin Februari atau Maret (2020, red),” kata Anis. Terkait ideologi, Anis Matta menyampaikan menjadi partai yang terbuka dengan azas Pancasila. Namun jati dirinya tetap Islam. Itu karena dirinya bertekad menghentikan perdebatan tentang polarisasi Islam dan nasionalis. Dia bilang, pihaknya ingin Partai Gelora menjadi titik temu semua komponen bangsa dari berbagai latar belakang. ’’Jadi kalau Anda menanyakan partai Islam atau nasionalis, ya dua-duanya. Ini adalah partai Islam sekaligus nasional. Azasnya Pancasila,” jelas Anis Matta. Disinggung soal sumber pendanaan partai, Anis mengaku tidak terlalu mempermasalahkan. Sumber pendanaan, ucap dia, akan mengikuti ide pendirian sebuah partai. Jika ada narasi besar dan arah perjuangan yang jelas, maka sumber pendanaan akan timbul dengan sendirinya. ’’Bukan dana yang menciptakan dukungan. Tapi narasi dulu yang penting,” papar mantan wakil ketua DPR itu.(khf/fin/ful)

Tags :
Kategori :

Terkait