KEBUMEN, RADARBANYUMAS.CO.ID - Pemerintah Kabupaten Kebumen angkat bicara soal kasus kematian sapi di Desa Tambakrogaten, Kecamatan Klirong. Sampai saat ini pemerintah belum bisa dapat nyimpukan dan memamstikan penyebab kematian sapi akibat keracunan atau karena faktor lain.
Koordinator Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kecamatan Klirong drh. Zaskia Putri Pertiwi mengatakan, pihaknya bersama tim Puskeswan sudah mendapatkan laporan kematian sapi di Tambakprogaten namun timnya masih mencari penyebab utama kematian sapi. Setelah mendapatkan laporan saat ini tim Puskeswan beserta Polsek sudah mulai mengimpun data dan memeriksa kondisi ternak. Namun pihaknya belum bisa menyimpulkan faktor penyebab kematian sapi.
"Kita belum bisa menyimpulkan apakah keracunan atau karena faktor lain sakit atau apa. Karena sapi sudah dikubur dan belum dilakukan uji lab. Untuk bisa memastikan itu diracun harus ada pemeriksaan bangkainya atau bedah bangkai (nekropsi)," ujar drh. Zaskia, saat dikonfirmasi media, Kamis (6/2).
Dari informasi yang didapat tim Puskeswan sapi milik peternak itu mati diduga setelah makan jagung putren. Padahal pemilik ternak tidak merasa memberikan pakan jenis itu pada sapinya.
"Untik barang bukti jagung atau putren saat ini sudah diamankan Polsek Klirong, sehingga makanannya pun belum dilakukan uji lab. Dari pihak peternaknya juga tidak minta untuk dilakukan uji lab," katanya.
Saat ditanya apakah kematian itu disebabkan karena sakit seperti PMK atau Lato-lato, dr Zaskia mengatakan, berdasarkan keterangan yang ia terima dari pemiliknya, sapi tersebut sebelumnya dalam kondisi sehat.
"Jadi kita memang belum bisa menyimpulkan karena faktor apa, ya itu karena sapinya sudah dikubur dan tidak dilakukan uji lab," jelasnya.
Dokter Zaskia juga menyayangkan adanya informasi yang menyebut kematian sapi jumlahnya mencapai puluhan dalam waktu yang bersamaan. Padahal kematian pada saat itu hanya satu kasus. Khususnya di tahun 2025 data kematian sapi di Kebumen baru satu kasus, yakni di Tambakprogaten.
"Yang bilang mati puluhan itu data dari mana? Saya ko bingung sumbernya dari mana. Padahal kematian sapi di Kebumen itu baru satu kasus, ini kan seolah jadi gempar gini, padahal sebabnya saja kita belum tahu, tapi beritanya sudah ramai seolah-olah benar," terangnya.
Di musim wabah menyakit PMK dan Lato-lato ini, ia terus mengimbau kepada para peternak untuk merawat sapinya dengan baik, dengan selalu menjaga kebersihan, mengikuti program vaksin, vitamin, memberi makan yang baik, dan juga melaporkan jika ada sapi yang sakit atau ada tanda-tanda terkena virus.
"Tujuannya agar bisa cepat dilakukan penanganan sehingga tidak tambah parah atau berdampak kepada sapi-sapi lain," tandasnya. (fur)