Bupati Tiwi Sebut Ponpes Jadi Benteng Degradasi Moral

Rabu 22-01-2025,16:33 WIB
Reporter : Amarullah Nur Cahyo
Editor : Bayu Indra Kusuma

PURBALINGGA, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Setiap pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Purbalingga bisa jadi benteng degradasi moral pemuda. Hal ini diungkapkan Bupati Tiwi dalam Silaturahmi Pengasuh Pondok Pesantren  se Kabupaten Purbalingga, Rabu 22 Januari 2025 di Ponpes Nurul Barokah, Beji, Bojongsari.

"Pondok-pondok pesantren yang ada di Purbalingga ini bisa menjadi benteng degradasi moral. Karena yang mampu membentengi dari hal hal negatif adalah ilmu agama. Di sinilah peran penting para alim ulama, pimpinan pondok pesantren untuk mengedukasi," tutur Bupati.

Bupati meyakini ilmu agama akan lebih menyadarkan generasi muda tentang mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Hal- hal yang mengarah degradasi moral seperti  konsumsi miras, narkoba, seks bebas, judi dan radikalisme.

Ia juga mengingatkan pengaruh perkembangan teknologi informasi saat ini terhadap generasi muda. Karena satu sisi memberi efek positif, satu sisi ada dampak negatif.

BACA JUGA:Satpol PP Banyumas Serahkan Anak Jalanan ke Ponpes

BACA JUGA:Ponpes Al Kamal Bangun Masjid Senilai Rp 5 Miliar

Masalah degradasi moral generasi muda diakui sebagai pekerjaan rumah pemerintah. Untuk mengatasinya tidak bisa sendirian. Membutuhkan peran serta TNI Polri, tokoh agama dan pimpinan ponpes.

Bentuk dukungan Pemkab Purbalingga terhadap pondok pesantren sebagai benteng degradasi moral adalah dengan memberikan sejumlah fasilitasi. Melalui Perda Nomor 7 tahun 2024, Pemkab Purbalingga telah memberikan dukungan dana hibah pondok pesantren, honor guru ngaji dan pimpinan pondok pesantren.

"Mudah mudahan dengan payung hukum ini (Perda) fasilitasi yang sudah diberikan bisa berlanjut pada pemerintahan berikutnya dan diharapkan sinergi ulama umaro dan umat ini bisa mengawal Purbalingga menjadi kabupaten yang baldatun thoyyibatun wa robbun ghofur," katanya.

Untuk diketahui, acara yang diselenggarakan oleh Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) Kabupaten Purbalingga ini diisi 4 pemateri, antara lain Kapolres, Dandim, Densus 88 dan dari Kantor Kemenag. Kapolres Purbalingga memberikan materi pencegahan bullying bagi santri, Dandim memberi materi peran pesantren menciptakan lingkungan kondusif, Densus 88 memberi materi pesantren sebagai edukasi NKRI Harga Mati, sedangkan Kantor Kemenag memberi materi mewujudkan pesantren yang ramah bagi santri.

BACA JUGA:Korban Dugaan Pencabulan oleh Pengasuh Ponpes di Kedungreja Cilacap, Bertambah Menjadi 7 Orang

BACA JUGA:Begini Modus Pengasuh Ponpes di Kedungreja Cilacap Cabuli Santriwati, 5 Korban Sudah Melapor

Katim Pencegahan Densus 88 AT Satgaswil Jawa Tengah, AKP Eko Yulistimawanto mengungkapkan radikalisme dan terorisme terjadi karena berbagai isu, mulai dari isu intoleransi dan SARA, isu kultural karena pemahaman keagamaan yang dangkal, penafsiran kitab suci yang sempit dan tekstual.

"Semua pelaku teror yang kita temukan memang banyak penyelewengan akidah yang diterapkan. Sehingga harapan kami dari para pak kiai bisa memberikan edukasi, ajaran yang benar kepada anak-anak kita agar tidak terjerumus," katanya.

Ia juga mengharapkan peran para santri untuk menghindari ideologi-ideologi yang berbasis teror, melalui berbagai cara. Diantaranya, memahami dan menghargai fitrah perbedaan, menyebarkan Islam yang rahmatan lil alamin. "Menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta tanah air, NKRI Harga Mati," tegasnya.

Kategori :