Kebumen dan Cilacap Dikepung Banjir, Ribuan Warga Terdampak
Petugas BPBD Kebumen turun ke lokasi Banjir di Kebumen, Minggu (23//11) malam. Hujan deras mengguyur Kabupaten Kebumen seharian kemarin menyebabkan banjir di sejumlah wilayah Kebumen.--
KEBUMEN - Hujan yang turun tanpa jeda sejak Minggu siang (23/11) kemarin, membuat dua daerah di pesisir selatan Jawa Tengah, Kebumen dan Cilacap, serentak dikepung banjir. Bukan sekadar genangan, air membawa cerita tentang rumah yang terendam, santri yang harus bertahan di pesantren, hingga petani yang hanya bisa menatap sawahnya yang tenggelam.
Di Kabupaten Kebumen, banjir meluas hingga ke 15 desa yang tersebar di tiga kecamatan, yakni Karangsambung, Alian, dan Kebumen. Wilayah Alian menjadi yang paling parah terdampak setelah Sungai Kedungbener meluap hingga menjebol tanggul.
Bagian Humas BPBD Kebumen, Heri Purwoto, mengatakan banjir ini dipicu hujan deras yang mengguyur dari siang sampai malam. Ketinggian air di sejumlah titik bahkan mencapai 60 hingga 80 sentimeter.
“Akibat luapan Sungai Kedungbener, air limpas ke pemukiman warga di tiga kecamatan. Ketinggian air bervariasi dari 30 cm hingga 80 cm pada Sabtu malam. Namun air saat ini sudah surut,” ujar Heri, Senin (24/11).
Dari data BPBD, sebanyak 515 kepala keluarga atau 4.695 jiwa terdampak banjir. Di antaranya terdapat 2.200 santri Pondok Pesantren Somalangu di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, yang ikut merasakan kepungan air setinggi sekitar 50 sentimeter. Air masuk setelah tanggul Sungai Kedungbener meluap dan jebol. Selain Bojongsari, banjir juga melanda Desa Krakal, Sawangan, Kalirancang, Seliling, dan Surotrunan.
Di Kecamatan Karangsambung, banjir terjadi di Desa Wadasmalang. Sementara di Kecamatan Kebumen, wilayah yang terdampak meliputi Desa Wonosari, Roworejo, Candimulyo, Bandung, Sumberadi, Jatisari, dan Gesikan.
Tak hanya banjir, hujan lebat juga memicu longsor di delapan desa yang tersebar di lima kecamatan, yakni Rowokele, Sadang, Alian, Karanggayam, dan Karangsambung. Beruntung tidak ada korban jiwa maupun luka dalam peristiwa ini, meski sejumlah rumah terdampak. “Kami masih melakukan pendataan,” kata Heri.
Saat ini BPBD Kebumen telah menerjunkan relawan ke lokasi-lokasi terdampak. Fokus utama penanganan adalah memantau kondisi warga dan memonitor perkembangan situasi banjir dan longsor di lapangan.
Sementara itu, kondisi tak jauh berbeda terjadi di Kabupaten Cilacap. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat sejak Minggu (23/11), mengakibatkan banjir di Kecamatan Bantarsari, Kroya, dan Wanareja. Ratusan warga terdampak dan sebagian terpaksa mengungsi.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Cilacap, Budy Setywan, menyatakan pihaknya langsung bergerak ke titik-titik banjir begitu informasi masuk dari lapangan.
“Kami bergerak cepat memastikan keselamatan warga dan kebutuhan logistik di lapangan,” ujarnya, Senin (24/11/2025).
Di Kecamatan Bantarsari, banjir merendam Dusun Kedungsalam, Desa Cikedondong. Sebanyak 81 kepala keluarga atau 235 jiwa terdampak. Air menggenang setinggi 10 hingga 30 sentimeter di dalam rumah, sementara di pekarangan mencapai 30 sampai 50 sentimeter.
Di Kecamatan Kroya, banjir terjadi di Desa Mujur. Sebanyak 40 kepala keluarga atau 160 jiwa terdampak, dengan genangan 10 hingga 25 sentimeter di halaman dan 0 sampai 10 sentimeter masuk ke dalam rumah. Di Desa Mujur Lor, tiga kepala keluarga atau 12 jiwa terdampak, namun air hanya menggenang di halaman dan tidak masuk ke rumah.
Kondisi lebih berat terjadi di Desa Gentasari. Di desa ini, 43 kepala keluarga atau 129 jiwa terdampak. Air sempat mencapai 20 hingga 60 sentimeter di halaman dan 20 hingga 50 sentimeter di dalam rumah warga. Meski demikian, BPBD mencatat tinggi muka air mulai turun menjadi 10 hingga 20 sentimeter di halaman dan 0 hingga 10 sentimeter di dalam rumah.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:


