Tinggal Satu Kelompok yang Eksis Kesenian Manongan Ditetapkan Sebagai Warisan Budaya Tak Benda
Kesenian Manongan, ditetapkan menjadi WBTB oleh Kementerian Kebudayaan RI.-Dindikbud Purbalingga untuk Radarmas-
PURBALINGGA, RADARBANYUMASD.DISWAY.ID - Kesenian Manongan, dari Dusun Candi, Desa Panusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga, diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), oleh Kementerian Kebudayaan Republik Indonesia.
Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Purbalingga Wasis Andri Wibowo mengatakan, tanggal 10 Oktober 2025, keseninan Manongan ditetapkan sebagai WBTB Kabupaten Purbalingga oleh Tim Ahli WBTB.
"Sebelumnya, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah mengajukan 58 OPK (Objek Pemajuan Kebudayaan, red) kepada Kementerian Kebudayaan. Hasilnya, lolos 57 OPK, termasuk Kesenian Manongan dari Purbalingga," katanya kepada Radarmas, Selasa, 14 Oktober 2025.
Dia menjelaskan, kesenian Manongan merupakan seni tradisi yang sudah langka dari Kabupaten Purbalingga. Saat ini, hanya ada satu kelompok kesenian Manongan yang eksis, yakni, Cahyana Gilar. "Pelaku kelompok kesenian Manongan ini, sudah sepuh semua. Jadi kesenian ini membutuhkan regenerasi agar tidak punah," ujarnya.
BACA JUGA:Dewan Kesenian: Pemimpin Purbalingga ke Depan Diminta Lebih Peduli Seni dan Budaya
Diungkapan, nama kesenian Manongan berasal dari bahasa Sansekerta, yakni manon yang artinya melihat atau tahu. Umumnya digunakan satu kesatuan yaitu Hyang Manon yang artinya Tuhan maha mengetahui. Kemudian mendapat imbuhan kata kerja -an menjadi Manongan.
Kesenian Manongan adalah adat istiadat yang berbentuk pertunjukan seni dari Dusun Candi, pada saat memasuki fase berumah tangga. "Namun, seiring perkembangan pertunjukan manongan tidak lagi tampil dalam konteks tradisi memasuki pernikahan, tetapi menjadi pertunjukan seni budaya pada umumnya," lanjutnya.
Keunikan Manongan terdapat pada pelaksanaannya yaitu sebelum pertunjukan Manongan. Sebelumnya, pelaku kesenian Manongan berkunjung ke makam Candipura (leluhur dusun Candi). "Dalam pelaksanaan posisi pemain tidak boleh menghadap ke timur, karena dipercaya membelakangi makam leluhur," imbuhnya.
Selain itu pada syair-syair lagu yang di lantunkan berisi tentang ajaran hidup baik secara duniawi maupun religius, dan syair-syair tersebut didapatkan melalui mimpi. "Kesenian Manongan ini hanya berkembang di Dusun Candi saja. Tidak ada di daerah lain," ujarnya.
BACA JUGA:Minim Regenerasi, Kesenian Krumpyung Terancam Punah
Mamongan ditampilkan dalam bentuk pertunjukan vokal dan gerak dengan hitungan 4 orang pemain rebana, 1 orang pemain kendang, 1 orang pemain bendhe, 1 orang pemain gong bumbung, serta 4 atau 5 orang vokal kur. (tya)
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:

