Banner v.2
Banner v.1

Memetri Bumi, Tradisi Pertanda Memasuki Musim Tanam di Prembun

Memetri Bumi, Tradisi Pertanda Memasuki Musim Tanam di Prembun

--

Penari Penuh Penghayatan Menari Lengger di Momen Sakral

Menari lengger pada tradisi memetri bumi dilakukan penuh penghayatan. Sebab, setiap lagunya adalah sesaji untuk leluhur.

FIJRI RAHMAWATI, Banyumas

SANG surya beranjak meninggi di langit Desa Prembun Kecamatan Tambak Kabupaten Banyumas. Petani berdatangan ke Bendung Kecepak Tiga. Sumber air yang mengaliri areal persawahan mereka.

Di Bendung Kecepak Tiga dihelat upacara memetri bumi, Selasa (30/9) Kliwon. Tradisi turun temurun dari leluhur yang menyajikan tari lengger. Warisan yang terus dilestarikan oleh petani sebagai pertanda memasuki musim tanam.

Salah satu penari lengger di momen memetri bumi adalah Sukini. Pada kesempatan kali ini merupakan yang keempat kalinya ia didapuk untuk menari oleh Kepala Desa Prembun Masudi.

"Memetri bumi ini sakral. Walau sama-sama menari lengger, gregetnya menjadi berbeda dengan ketika berada di panggung acara seni," ujar Sukini di lokasi.

Oleh karena itu, perempuan berusia 42 tahun ini menari lengger penuh penghayatan. Tidak sembarang laku saat menjadi bagian dari peristiwa memetri bumi. Junjung tinggi nilai-nilai luhur sebagai penghormatan kepada nenek moyang.

Sebanyak empat lagu diiringi instrumen tradisional calung menggema. Lung Gadung, Gunung Sari, Gudril dan Eling-Eling mengalun di tengah hamparan sawah paska panen. Tempat yang dari generasi ke generasi menjadi saksi perjuangan petani dalam mempertahankan ketahanan pangan.

"Lagu di memetri bumi juga termasuk sesaji untuk leluhur. Sehingga menari lengger tidak sembarang bisa bercanda atau guyon seperti saat mengisi kegiatan hiburan," sambung Sukini.

Mata pencaharian mayoritas penduduk di Desa Prembun sebagai petani. Memetri bumi juga ungkapan rasa syukur karena telah dikaruniai rezeki panen padi yang mencukupi untuk pangan keluarga.

Di penghujung acara mendekati kumandang adzan Dzuhur. Kepala Desa Prembun mengajak petani yang hadir memetri bumi untuk khusyu berdo'a. Sejenak menengadahkan tangan, memohon kesehatan, keselamatan serta kemurahan dan keberkahan rezeki kepada Tuhan Yang Maha Memberi.

Tradisi memetri bumi ditutup dengan kenduri makan bersama. Olahan khas adalah becek kambing. Petani yang hadir menunggu giliran wadahnya diisi.

"Kalau sudah mbabar atau acara sakral memetri bumi selesai. Baru kita menari lengger bisa sambil guyon," imbuh perempuan yang telah menekuni dunia tari sejak usia remaja.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: