Banner v.2

Puluhan Artefak dan Cerita Lama Hidup Lagi di Pameran Cagar Budaya Cilacap

Puluhan Artefak dan Cerita Lama Hidup Lagi di Pameran Cagar Budaya Cilacap

Pameran artefak kuno diadakan di Gedung Dwijaloka Cilacap, mulai 7 hingga 9 Agustus 2025.-JULIUS/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID - Komunitas Tjilatjap History bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap menghadirkan Pameran Cagar Budaya bertema "Literasi Sejarah Lokal" yang digelar di Gedung Dwijaloka Cilacap, mulai tanggal 7 hingga 9 Agustus 2025.

Pameran ini dibuka untuk umum dan gratis, dengan tujuan utama memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat, terutama pelajar, melalui pendekatan visual dan koleksi artefak bersejarah dari wilayah Cilacap dan sekitarnya. 

Perwakilan Tjilatjap History, Thomas Sutasman, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan langkah nyata untuk mendekatkan masyarakat, khususnya generasi muda, pada kekayaan sejarah lokal yang sering kali terlupakan.

"Jadi masyarakat atau generasi muda jangan sampai melupakan sejarah lokal Cilacap," katanya saat ditemui Radarmas, Jumat (8/8/2025).

BACA JUGA:Pegiat Seni Cilacap dan Purbalingga Hadirkan Pameran Seni Rupa

Menurutnya, Kabupaten Cilacap memiliki jejak sejarah panjang dan bukanlah kota yang baru terbentuk. Hal ini dibuktikan melalui berbagai koleksi yang dipamerkan, termasuk dokumen dan artefak dari abad lampau.

"Kalau ditelusuri, sejarahnya sudah berabad-abad. Ini menunjukkan Cilacap termasuk kota tua," tambah Thomas. 

Pameran menampilkan beragam artefak dan dokumen, mulai dari surat kuno, perangko, kwitansi zaman kolonial, uang lama, hingga foto-foto dokumenter yang jarang dijumpai. 

Beberapa koleksi unik berasal dari daerah Jeruklegi, yang membuktikan bahwa masyarakat lokal sudah mengenal teknologi logam dan gerabah sejak lama.

BACA JUGA:Hani Santana Gelar Pameran Tunggal di Cilacap

"Yang banyak dikunjungi justru mengenai sejarah yang berada di pulau Nusakambangab. Di sini, pengunjung bisa melihat rekam jejak Nusakambangan sebagai lokasi benteng kolonial, penjara kelas berat, serta keindahan alamnya," lanjut Thomas. 

Selain menyajikan benda fisik, panitia juga menyediakan ruang literasi yang berisi koleksi buku sejarah lokal, sebagian besar berasal dari dokumentasi komunitas Tjilatjap History. 

"Buku-buku ini dapat dibaca langsung di tempat oleh pengunjung," tandasnya. 

Pameran ini tidak hanya berfungsi sebagai media visual sejarah, tetapi juga sebagai ruang belajar interaktif yang mempertemukan masyarakat dengan identitas dan jati diri daerahnya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: