Banner v.2
Banner v.1

Hasil RDF Mesin Shredder Bantuan CSR Tidak Maksimal

Hasil RDF Mesin Shredder Bantuan CSR Tidak Maksimal

Residu sampah di hanggar Desa Ajibarang Kulon dibakar dengan insinerator, Senin (2/6).-YUDHA IMAN/RADARMAS-

BANYUMAS, RADARBANYUMAS.CO.ID - Sudah berjalan sekitar satu tahun, bahan bakar pengganti olahan sampah atau Refuse Deribed Fuel (RDF) dari Mesin Shredder bantuan CSR perbankan di Desa Ajibarang Kulon tidak maksimal.

Pantauan Radarmas pada Senin (2/6), mesin shredder di bangunan tempat pengolahan bahan RDF sudah dipindah oleh Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Jibaku Bersih ke dalam hanggar guna menghindari pencurian sparepart mesin. Dengan operasional yang tidak menentu karena harga beli yang rendah, bahan RDF yang dihasilkan dari mesin shredder tidak maksimal.

Ketua Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Jibaku Bersih, Joko Prayitno mengatakan hasil RDF yang dijual oleh KSM rugi. Biaya operasional yang ditimbulkan untuk memproduksi hasil RDF dengan mesin shredder tidak sebanding dengan harga jual. Per ton RDF yang dihasilkan KSM hanya dihargai Rp 200 ribu per ton dengan lama produksi yang mencapai tiga sampai empat hari.

"Jam kerja mesin shredder juga terbatas," katanya ditemui Radarmas, Senin (2/6).

BACA JUGA:Pemkab Kebumen Uji Coba Pengiriman 8 Ton RDF Perdana ke Cilacap

Joko menjelaskan dengan pengolahan RDF menggunakan mesin shredder yang merugikan, pihaknya fokus pada pencacahan sampah dengan mesin gibrig dan pembakaran residu sampah menggunakan incinerator sederhana yang dibuatkan oleh Pemdes Ajibarang.

Dengan jumlah pelanggan sampah sekitar 700 orang dan iuran Rp 20 ribu per bulan, pemasukan yang didapat KSM Jibaku Bersih dengan 13 pekerja pun hampir tidak ada bahkan tombok.

"Sebulan pemasukan hanya Rp 14 juta. Berapa honor pekerja bisa dihitung. Belum termasuk operasional listrik dan bahan bakar," ungkap dia.

Disinggung mengenai residu sampah yang dibakar dengan incinerator, KSM tidak memiliki pilihan dengan minimnya pemasukan. KSM tidak sanggup membayar retribusi untuk membuang residu ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Berbasis Lingkungan dan Edukasi (BLE) Kaliori.

BACA JUGA:Pengelolaan Sampah Belum Maksimal, RDF Jeruklegi Akan Dioptimalkan

"Solusinya residu sampah dibakar dengan insinerator sederhana. Polusi mungkin tapi yang terpenting tidak sampai mengganggu warga," pungkas Joko. (yda)

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: