Banner v.2
Banner v.1

AKI, AKB, dan Stunting di Banjarnegara Menurun, Tapi Tantangan Masih Besar

AKI, AKB, dan Stunting di Banjarnegara Menurun, Tapi Tantangan Masih Besar

Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana saat memberikan arahan terkait advokasi penurunan angka stunting.-Pujud Andriastanto/Radar Banyumas-

BANJARNEGARA, RADARBANYUMAS.CO.ID - Angka kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB), dan stunting di Kabupaten Banjarnegara menunjukkan tren penurunan dalam beberapa tahun terakhir. Namun, pemerintah daerah menegaskan bahwa pekerjaan rumah masih panjang untuk memastikan penurunan tersebut berkelanjutan.

Data terbaru Dinas Kesehatan Banjarnegara mencatat jumlah AKB pada 2025 sebanyak 63 kasus. Angka ini turun signifikan dibanding 126 kasus pada 2024 dan 134 kasus pada 2023. Sementara itu, AKI juga menurun drastis, dari 16 kasus pada 2024 menjadi 5 kasus tahun ini.

Untuk stunting, hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukkan prevalensi 22,2 persen pada 2022, turun menjadi 19,9 persen pada 2023, dan sedikit naik menjadi 20,6 persen pada 2024.

Bupati Banjarnegara, Amalia Desiana, menekankan pentingnya komitmen kolektif agar capaian tersebut tidak hanya sementara.

BACA JUGA:IIDI Kebumen Komitmen Bantu Turunkan Stunting

“Hari ini yang paling penting adalah komitmen kita bersama, agar Kabupaten Banjarnegara bisa menurunkan AKI dan AKB. Dukungan semua pihak sangat dibutuhkan,” ujarnya, Kamis (11/9/2025).

Menurutnya, strategi penekanan angka AKI dan AKB dilakukan melalui peningkatan kapasitas tenaga kesehatan, khususnya di wilayah atas.

“Kita punya fasilitas dan peralatan, tapi jika SDM kurang, tentu tidak maksimal. Karena itu, kami sedang menginventarisasi terutama di wilayah atas. Mudah-mudahan dalam waktu dekat sudah terbaca petanya,” jelasnya.

Selain itu, faktor sosial seperti pernikahan dini disebut turut menyumbang tingginya risiko kematian ibu dan bayi.

“Pernikahan dini menjadi salah satu factor yang berkontribusi. Organ reproduksi yang belum sempurna dipaksa hamil di usia muda, dan itu berdampak panjang. Jadi, peran keluarga dan masyarakat juga penting untuk menekan hal ini,” tegasnya.

Sementara untuk stunting, Amalia menekankan bahwa pencegahan tidak bisa dilakukan hanya oleh pemerintah.

“Yang saya kedepankan adalah bagaimana kita bisa mengentaskan anak-anak Banjarnegara dari stunting. Tapi ini tidak bisa hanya pemerintah, tidak bisa hanya Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, atau desa. Keluarga sebagai garda terdepan punya peran penting,” katanya.

Meski angka-angka kesehatan kunci di Banjarnegara sudah menurun, pemerintah menilai perjalanan masih panjang. Upaya pencegahan dan penguatan pelayanan kesehatan dasar menjadi kunci agar generasi mendatang bisa tumbuh lebih sehat.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: