Ini Tips Bagi Penderita Maag yang Tetap Ingin Berpuasa
JAKARTA - Bagi penderita sakit maag, berpuasa memiliki tantangan tersendiri. Pasalnya, sakit maag memiliki kendala untuk mengatur pola makan. Maka sebaiknya, pasien dengan sakit maag yang menjalani ibadah puasa selama bulan Ramadan sebaiknya cermat mengatur pola makan demi mendapatkan manfaat dari puasa mereka. Hal ini seperti dikatakan oleh dokter spesialis penyakit dalam dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dr. Bonita Effendi, Sp.PD, B.MedSci, M.Epid. Dia menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan pasien, salah satunya adalah berbuka puasa dengan porsi kecil terlebih dahulu. “Ketika berbuka puasa sebaiknya tidak langsung makan dalam porsi besar, lakukan dengan bertahap, makan dengan porsi sedikit terlebih dahulu kemudian dengan frekuensi agak sering sampai jam sahur. Misalnya, berbuka dengan buah kurma,” kata Bonita kepada Antara melalui surat elektroniknya pada Selasa (5/4). Hal lain yang juga sebaiknya dijalani yakni memberi jeda antara waktu makan dan waktu tidur minimal 2 jam untuk mencegah risiko naiknya asam lambung yang dapat menyebabkan refluks gastroesofageal, yakni gangguan pencernaan kronis apabila asam dari perut mengalir kembali ke esofagus atau kerongkongan. https://radarbanyumas.co.id/pasien-diabetes-tetap-ingin-puasa-simak-baik-tips-berikut/ Pasien maag juga tidak disarankan melewatkan sahur. Lalu, ketika sahur, sebaiknya mengonsumsi karbohidrat kompleks agar dicerna tubuh lebih lambat, sehingga pasien tidak mudah lapar. Pasien perlu menghindari makanan yang meningkatkan asam lambung seperti cokelat, kopi, hindari makanan yang berlemak atau gorengan, serta makanan asam dan pedas. Tetaplah menjaga hidrasi tubuh dengan minum air putih minimal 8 gelas per hari saat sahur dan berbuka serta minum obat lambung sesuai anjuran dokter saat sahur dan berbuka. Kontrol anger management juga sebaiknya dilakukan untuk mencegah maag yang dapat muncul terkait gangguan psikis (kecemasan). Hal lain yang tak kalah penting menurut Bonita yakni berkonsultasi dengan dokter karena setiap pasien memiliki kondisi penyakit yang berbeda. “Kondisi pasien akan dilihat untuk menilai kemampuan tubuh untuk memastikan mungkin atau tidaknya pasien menunaikan kewajiban ibadah puasa,” kata Bonita. Puasa Ramadan dapat dikatakan sebagai prolonged intermittent fasting, yaitu dengan makan dua kali dalam sehari dengan jarak antara 2 makan sekitar 14 jam. Melalui berpuasa diharapkan asupan makan Anda akan menurunkan asupan kalori serta lemak. Kemudian, seiring berkurangnya asupan lemak, maka akan menurunkan asupan kolesterol. Nantinya, diharapkan parameter pemeriksaan penunjang akan mengalami perbaikan seperti kolesterol total, trigliserida, LDL, asam urat, bahkan kadar glukosa darah. https://radarbanyumas.co.id/pasien-kanker-bisa-berpuasa-simak-tips-ini/ “Asalkan dilakukan dengan pemilihan makanan dan minuman yang tepat dan tidak menerapkan kebiasaan ‘makan balas dendam’ dalam porsi besar saat berbuka puasa dan sahur,” pesan dokter Bonita. (jawapos/ali)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: