Wajib tahu, Dampak Buruk Multitasking pada Tubuh dan Pikiran
Sobat suka melakukan banyak hal dalam satu waktu? dengan alasan menghemat waktu sobat mengejarnya dengan cara multi tasking? Tunggu dulu Sob, ternyata melakukan banyak bekerja dalam satu waktu memiliki dampak buruk untuk jiwa dan raga Sobat loh. Apa saja dampaknya? 1. Multitasking bikin pikiran mumet Saat mahasiswa dikejar skripsi, tidak jarang mereka terpaksa mengaktifkan mode multitasking tahap berat, sampai dua kali lebih berarti dibandingkan karyawan biasa! Meskipun mendongkrak produktivitas mereka, di satu sisi, multitasking memberikan beban ekstra pada psikologi mereka. Hal tersebut dipaparkan peneliti dari University of California, AS, pada tahun 2014, setelah memonitor kegiatan 48 mahasiswa dengan gawai mereka selama seminggu. Ternyata, makin banyak waktu yang dihabiskan dengan gawai, makin besar stres yang dipikul. Jika itu adalah Sobat, baiknya istirahat sejenak. Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa aktivitas komputer berpengaruh pada tingkat stres. Sesekali tak apa melihat video lucu atau berselancar di media sosial untuk melepas penat. Namun, kalau bisa, beristirahatlah dari segala kesibukanmu. 2. Multitasker lebih dekat dengan depresi Menurut peneliti di Michigan State University, AS, tahun 2013, multitasking dapat membuat seseorang terperosok dalam jurang depresi. Terlepas dari medianya, multitasking yang dilakukan terus-menerus, meskipun sudah dibatasi sekalipun, dapat membuat seseorang mengembangkan gejala depresi hingga kegelisahan sosial. Dimuat dalam jurnal Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, dikatakan kalau terdapat hubungan unik antara multitasking media dan disfungsi psiko-sosial yang menunjukkan bahwa tren multitasking yang berkembang dapat mewakili faktor risiko unik untuk masalah kesehatan mental yang terkait dengan suasana hati dan kecemasan. 3. Bukannya produktif, multitasking bikin produktivitas jalan di tempat Dari tadi, multitasking dikaitkan dengan produktivitas yang menanjak. Apakah betul begitu? Stoney Brooks, peneliti dari Middle Tennessee State University, AS, pada tahun 2015 berkata lain, yaitu "tergantung dari multitasking-nya dengan kegiatan apa". Kalau sambil main media sosial? Ya, tidak bisa. Saat diberikan tugas dan diukur pemakaian media sosialnya, Brooks menemukan bahwa selain produktivitas yang menurun dan pemakaian media sosial yang meninggi, para multitasker malah peningkatan tingkat stres dan penurunan tingkat kebahagiaan. 4. Multitasking bisa mengaburkan emosi dan daya pikirmu Menurut penelitian gabungan dari Singapura dan Britania Raya tahun 2014 berjudul "Higher Media Multi-Tasking Activity Is Associated with Smaller Gray-Matter Density in the Anterior Cingulate Cortex" dalam jurnal PLOS One tahun 2014, disebutkan kalau para multitasker memiliki kepadatan materi abu-abu yang lebih kecil di anterior cingulate cortex (ACC), bagian otak yang mengatur emosi dan fungsi kognitif. Riset tersebut menyebut bahwa individu yang terlibat dalam lebih banyak aktivitas multitasking media memiliki volume materi abu-abu yang lebih kecil pada bagian ACC. Hal ini juga mungkin bisa menjelaskan kinerja kontrol kognitif yang buruk dan mengakibatkan sosio-emosional negatif. 5. Ada ancaman cepat pikun dalam pekerjaan dan kehidupan sehari-hari Pada tahun 2016, para peneliti Amerika Serikat (AS) dari Stanford University menyatakan dalam riset bahwa para multitasker dapat kehilangan daya ingat mereka secara pesat. Ini karena manusia dikatakan memiliki dua jenis memori: - Memori kerja atau working memory: Kemampuan untuk mengingat hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. - Memori jangka panjang atau long-term memory: Kemampuan untuk menyimpan dan mengingat informasi dalam jangka waktu panjang. Para peneliti mencatat bahwa multitasker dengan ruang lingkup perhatian yang lebih luas menunjukkan kinerja memori kerja yang lemah, berbanding lurus dengan lemahnya kinerja memori jangka panjang. 6. Multitasking terus, perhatian sering teralihkan Setelah menguji kinerja multitasking selama seminggu, penelitian gabungan tahun 2016 oleh peneliti Finlandia, AS, dan Swedia yang diterbitkan dalam jurnal NeuroImage tahun 2016 menyatakan bahwa makin sering multitasking, makin mudah seseorang teralihkan perhatiannya. Saat dites dengan adanya rangsangan pengalihan perhatian saat mengerjakan tugas, multitasker lebih sering teralihkan perhatiannya. Dengan kata lain, hasil menunjukkan bahwa para multitasker tidak dapat membedakan mana interupsi yang penting dan mana yang tidak, sehingga dapat mengganggu produktivitas. 7. Multitasking dapat menyebabkan kecelakaan lalu lintas Sobat sering main HP sambil jalan? Jangan lagi, ya! Meskipun ada hal yang harus Sobat tangani di HP (entah urusan pekerjaan atau pribadi), Sobat bisa berhenti sebentar atau tunggu sampai Sobat sampai tempat tujuan. Kenapa? Situs Health mewawancarai 1.400 pejalan kaki di New York, AS, yang pernah tertabrak mobil. Hasilnya, satu dari lima remaja (20 persen) mengaku tertabrak karena berjalan sambil bermain HP dan tidak memperhatikan lampu pejalan kaki. Lebih parah lagi, mengemudi sambil bermain HP lebih berbahaya dari menyetir dalam keadaan mabuk! Kalau main HP sambil jalan saja bisa terbentur tembok, apalagi sambil mengemudikan mobil? Bisa membahayakan dirimu dan orang lain! 8. Para mahasiswa, multitasking malah membuat IPK turun Pernah menonton film, lalu di sebelahmu ada yang asyik mengetik di HP-nya? Pastinya, Sobat terganggu, kan? Itu membuktikan kalau makin Sobat multitasking, maka ini makin memengaruhi ruang lingkup perhatianmu. Prinsip yang sama ternyata berlaku di kelas. Sebuah studi terhadap para mahasiswa di Kanada dalam jurnal Computers & Education tahun 2013 menyatakan bahwa mahasiswa yang menggunakan laptop di kelas malah mendapatkan nilai yang lebih rendah. Lebih parahnya lagi, teman-teman yang di sekitarnya pun ikut terkena dampaknya! 9. Orang yang multitasking lebih mudah tersandung dan patah tulang Peneliti Swedia menguji cara berjalan 1.390 partisipan laki-laki dan perempuan usia 70 tahun dengan kecepatan normal, tinggi, dan saat diberi satu tugas saat berjalan. Hasilnya, 148 peserta (88 perempuan, 60 laki-laki) terjungkal karena gaya berjalannya berubah saat melakukan satu tugas sambil berjalan. Diterbitkan dalam Journal of the American Medical Directors Association tahun 2016, peningkatan risiko jatuh ini dikaitkan dengan peningkatan variasi pola berjalan selama melakukan tugas gSobat, dan dapat berkontribusi pada risiko patah tulang yang lebih besar pada perempuan dibanding laki-laki. Sekitar 90 persen kerusakan tulang pada usia tua disebabkan karena terjatuh, dan penyebabnya adalah pola berjalan yang berantakan ketika perhatianmu teralihkan saat berjalan. Kalau sedang berjalan, cukup perhatikan jalan baik-baik agar tidak jatuh dan melukai diri sendiri. https://radarbanyumas.co.id/harus-tahu-4-tips-menjaga-kesehatan-pada-musim-hujan/ 10. Putus cinta menunggu para multitasker Saat makan malam dengan si pasangan, tiba-tiba ada telepon atau pesan di HP? Sobat punya pilihan, angkat atau biarkan. Terlambat, pasangan terlanjur kesal! Terlalu sering melibatkan HP saat waktu berdua dengan pasangan berpotensi menjadi "orang ketiga" dalam keretakan hubungan. Menurut riset dari Brigham Young University, AS, terhadap 143 pasangan, melibatkan teknologi saat Sobat sedang bersama pasangan dapat membuat hubungan renggang dan mengikis fondasi kepercayaan yang selama ini telah dibangun. Hasilnya, lebih banyak konflik dan kepuasan antarpasangan pun menurun. Dengan mengizinkan teknologi menginterupsi waktu berduaan dengan pasangan, walaupun tidak sengaja atau sebentar saja, individu tersebut dianggap mengutamakan teknologi daripada pasangan, sehingga mengarah pada konflik dan hasil negatif dalam kehidupan pribadi dan hubungan, papar riset yang diterbitkan dalam jurnal Psycnet American Psychological Association tahun 2016 tersebut. Nah begitu Sob, jadi memang multitasking bisa menghemat waktu. tapi lebih baik kita jaga kesehatan kita agar lebih bisa menikmati hidup ya Sob. Apakah Sobat termasuk orang yang multitasking? Tulis dikolom komentar ya Sob. (*/pin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: