OTT Eni Saragih, Rumah Dirut PLN Digeledah

OTT Eni Saragih, Rumah Dirut PLN Digeledah

JAKARTA- Suap proyek PLTU Riau 1 bisa jadi menyeret nama selain Eni Saragih. Minggu (15/7), Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggeledah rumah Dirut PT PLN Sofyan Basir. Selain rumah Sofyan, kemarin KPK juga turut menggeledah empat tempat lainnya. Yakni rumah Eni kemudian rumah, kantor, dan apartemen tersangka Johannes Budisutrisno Kotjo. Melihat langkah yang diambil lembaga antirasuah tersebut, bukan tidak mungkin OTT terhadap Eni Maulani Saragih di kediaman Mensos Idrus Marham Jumat (13/7) jadi pintu masuk penanganan kasus besar yang juga berpotensi menyeret orang besar. Wakil Ketua KPK Thony Saut Situmorang (dok:jpnn) Wakil Ketua KPK Thony Saut Situmorang menyampaikan bahwa kasus yang menyeret Eni berpotensi menjadi besar lantaran dana yang dibutuhkan untuk membangun PLTU dengan kapasitas 35 ribu megawatt mencapai Rp 1.100 triliun. Pembangunan PLTU Riau 1 termasuk salah satu proyek yang dibuat untuk memenuhi target tersebut. ”Potensi fraud yang bisa muncul di situ ya bener yang kamu bilang, itu besar,” ungkapnya, Minggu (15/7). Menurut pejabat yang akrab dipanggil Saut tersebut, potensi besar munculnya tindak curang dalam eksekusi proyek tersebut memang sudah dikhawatirkan KPK sejak lama. Bahkan, mereka sudah memanggil sejumlah stakeholder untuk mengingatkan. Namun demikian, korupsi tetap terjadi. Untuk mengupas kasus itu sampai tuntas, KPK masih perlu waktu. Termasuk di antaranya guna mengetahui sejauh mana kasus suap terhadap Eni merugikan keuangan negara. Lebih lanjut, Saut juga menyebutkan bahwa pengungkapan kasus korupsi proyek pembangunan PLTU Riau 1 bisa jadi harus dilalui lewat jalan panjang. ”Menurut saya ada reli-reli panjang nih yang harus kami pelajari,” kata dia Dari data yang berhasil dihimpun kemarin, rumah pribadi Sofyan didatangi penyidik KPK. Kedatangan penyidik KPK tersebut diduga terkait dengan kasus PLTU Riau 1 yang melibatkan Eni. Tim KPK mulai datang sejak kemarin pagi. Mereka mulai datang sekitar pukul 09.00 WIB. Ada empat mobil Toyota Innova yang mengantar sekitar 12 penyidik. Sofyan diketahui juga berada di dalam rumahnya. Setelah menggeledah sekitar sepuluh jam, penyidik KPK meninggalkan rumah Sofyan pada pukul 19.15 WIB. Saat keluar, 12 penyidik tersebut membawa tiga koper hitam dan empat kardus air mineral. Penyidik yang seluruhnya menggunakan rompi coklat khas KPK enggan berbicara. Mereka buru-buru masuk mobil sambil menghindari awak media. Berdasar pantauan Jawa Pos lingkungan rumah Sofyan yang berada di bilangan Bendungan Hilir (Benhil) itu memang sepi. Sejak Jawa Pos tiba di rumah tersebut, hanya ada tiga penjaga berpakaian safari. Pintu gerbang rumah berkelir cokelat muda itu selalu tertutup. Bahkan hingga petang, hanya lampu dalam rumah saja yang dinyalakan. Sedangkan lampu luar dibiarkan tidak menyala. Ketika dikonfirmasi, Juru Bicara (Jubir) KPK Febri Diansyah tidak menapik informasi penggeledahan yang dilakukan oleh instansinya di rumah Sofyan. Pria yang akrab dipanggil Febri itu pun menyebutkan bahwa penggeledahan terkait kasus proyek pembangunan PLTU Riau 1. "Penggeledahan di lokasi tertentu dilakukan dalam rangka menemukan bukti yang terkait dengan perkara," terang dia kemarin. Lantas apa saja yang dibawa KPK dari rumah Sofyan? Febri menyampaikan bahwa untuk sementara yang sudah diamankan tim penyidik dari lokasi tersebut berupa dokumen. "Terkait dengan proyek pembangkit listrik Riau 1," ungkap dia. Kemudian dokumen dan barang bukti elektronik yang ada hubungannya dengan proyek itu juga turut diamankan oleh lembaga super bodi tersebut. (bay/lyn/syn/tyo/vir)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: