Jarak Bed UKS Terlalu Dekat, Tambahan PTM Terbatas SMA Mulai Jalan

Jarak Bed UKS Terlalu Dekat, Tambahan PTM Terbatas SMA Mulai Jalan

CEK: Forkopincam Sumpiuh beserta jajaran mengecek bed pada UKS. Foto FIJRI/RADARMAS PURWOKERTO - Kepala Puskesmas Sumpiuh 1 dr. Anggoro Supriyo menyoroti jarak bed UKS yang terlalu dekat dalam monitoring simulasi pembelajaran tatap muka SMAN Sumpiuh. Di dalam ruangan ada empat bed. "Jarak antar bed ditata lagi. Jaraknya terlalu dekat," tegas dr. Anggoro, Senin (4/10) bersama Camat Sumpiuh, Danramil 10 Sumpiuh dan Kanit Sabhara Polsek Sumpiuh. Keterpakaian bed UKS juga menjadi perhatian dr. Anggoro. Dikhawatirkan ruangan akan melebihi kapasitas di masa adaptasi baru yang mengharuskan jaga jarak. https://radarbanyumas.co.id/dari-pengecekan-satgas-ke-sekolah-ada-tempat-tidur-uks-yang-diakali-dari-meja-banyak-toilet-rusak/ Tim Gugus Tugas Covid-19 SMAN Sumpiuh Pamungkas Dwi Purnomo menjelaskan ketika kondisi normal keterpakaian UKS rata-rata tiga siswa ketika ada upacara. Di hari lain kecenderungan tidak ada. Terkait dengan posisi bed, Tim akan mengeluarkan satu. Sehingga, ruangan berisi tiga bed untuk menjaga jarak aman. Termasuk nantinya mengatur jarak siswa yang masuk UKS. Apabila melebihi tiga anak dalam satu waktu. Selain bed, dr. Anggoro juga menekankan kepada tim yang bertugas mengukur suhu siswa sebelum masuk ke sekolah. Agar memperhatikan hasil. Tidak asal suhu 37 derajat ke bawah dianggap beres. "Kalau thermogun menunjukan suhu 35 derajat ke bawah, apalagi sampai 33 derajat. Segera cek kembali thermogun. Orang dengan suhu 35 derajat ke bawah itu hipotermia," rinci dr. Anggoro. Kapasitas PTM Masih 25 Persen Pada Senin (4/10) kemarin, sebanyak 135 SD yang masuk dalam daftar usulan PTM terbatas tahap V mulai jalan. Pantauan Radarmas di SDN 1 Arcawinangun, Senin (4/10) pagi PTM terbatas disana baru berjalan dengan kapasitas 25 % dari total jumlah siswa 378 anak. Siswa yang diijinkan datang ke sekolah baru untuk kelas atas (4, 5 dan 6). Kepala SDN 1 Arcawinangun, Suyatno mengatakan di awal PTM terbatas dari 12 kelas hanya dipakai 6 kelas. Perkelas berisi 16 sampai 17 siswa atau setengah rombel. Jumlah siswa per rombelnya bervariasi ada yang 32 siswa dan 34 siswa. "Dari pusat maksimalnya untuk SD 28 siswa per rombel. Untuk di kabupaten bisa 32 siswa per rombel. Ada beberapa rombel yang over 2 siswa," katanya ketika ditemui Radarmas, Senin (4/10). Suyatno menjelaskan jika 50 % siswa yang hadir ke sekolah, ruang kelas di SDN 1 Arcawinangun mencukupi. Hanya saja dengan jumlah guru yang terbatas maka jika 1 rombel dibagi 2 kelas dengan waktu pembelajaran yang sama maka guru akan kesulitan membagi perhatian. "Kan tidak mungkin setengah disini, setengah di kelas sana bersamaan. Oleh karena itu pembelajaran ada juga yang dijalankan dengan daring," terang dia. (fij/yda)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: