Waspada Gelombang Tinggi, Nelayan di Cilacap Belum Semua Ikut Asuransi

Waspada Gelombang Tinggi, Nelayan di Cilacap Belum Semua Ikut Asuransi

Perahu nelayan berjajar di PPS Cilacap.-RAYKA/RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Cuaca di Kabupaten CILACAP sejak sepekan lalu tidak menentu. Sempat mendung tebal dan gerimis tipis turun, namun tiba-tiba menjadi panas dan angin kencang.

Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo mengatakan, beberapa wilayah Kabupaten Cilacap saat ini mulai turun hujan meskipun masih bersifat sporadis. 

"Saat ini merupakan masa transisi musin kemarau ke musim hujan. Jadi perlu diwaspadai oleh masyarakat. Dimasa transisi kondisi cuaca bisa menyebabkan kondisi badan tidak sehat," katanya.

Bagi masyarakat yang berada di daerah pegunungan pun perlu diwaspadai. Pasalnya, pada saat musim kemarau, biasanya tanah akan kering dan retak. Namun saat hujan turun potensi longsor pasti ada.

BACA JUGA:Segara Anakan Cilacap Punya Potensi Capai Rp 1,296 Triliun

BACA JUGA:Kasus Kekerasan Anak dan Perempuan di Cilacap Tinggi, Pemkab Cilacap Perkuat Organisasi Perempuan

"Pada daerah yang memiliki kondisi tanah labil perlu diwaspadai karena kondisi tanah tidak stabil," ujarnya.

Selain itu, kondisi cuaca di perairan Samudra Hindia Selatan Jawa Barat, Jawa Tengah dan Yogyakarta masih memiliki kondisi gelombang masih tinggi mencapai 1,0-3,0meter. Khususnya di akhir pekan, masyarakat diminta untuk waspada saat bermain di pantai. 

"Karena angin diwilayah perairan dan Samudra Hindia masih kencang. Sehingga menyebabkan gelombang yang tinggi. Kita prakirkan bahwa angin diwilayah tersebut hingga 20 knot, sehingga menyebabkan gelombang yang signifikan," pungkasnya.

Sementara itu Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Cilacap, Sarjono mengingatkan nelayan di Kabupaten Cilacap untuk menggunakan life jacket atau pelampung saat melaut. Terlebih, saat ini belum semua nelayan di Kabupaten Cilacap tercover asuransi. 

"Masih banyak nelayan yang belum gunakan life jacket, juga mengikuti asuransi. Khususnya nelayan kecil, nelayan tradisional untuk diarahkan ikut asuransi susah," ujarnya.

Menurut Sarjo, untuk mengikuti program BPJS Ketenagakerjaan, yang diikutkan yakni Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) dan Jaminan Kematian (JKM) iuran tersebut juga sangat terjangkau.

"Hanya sekitar Rp 17 ribu per bulan. Ini sangat penting karena bisa memberikan rasa aman dan nyalam untuk beraktivitas. Jadi kami harap mereka bisa sadar untuk mengikuti asuransi," katanya. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: