Memahami Upacara Adat Mahesa Lawung Solo
Memahami Upacara Adat Mahesa Lawung Solo!-Berita Sukoharjo -
Penguburan kepala kerbau dalam tradisi Mahesa Lawung oleh Keraton Solo memiliki makna yang dalam. Dalam kepercayaan lokal, kerbau dianggap sebagai kendaraan dari Bathari Durga, yang merupakan salah satu bentuk dewi dalam kepercayaan Hindu-Jawa. Penguburan ini juga memiliki makna filosofis yang melibatkan pesan moral bagi manusia.
Jerohan, bagian dalam kepala kerbau, dikubur bersama dengan daging gecokan atau bahan mentah lainnya sebagai seserahan untuk Bathari Durga. Filosofi ini mengingatkan manusia untuk bertindak dengan baik dan menjauhkan diri dari bahaya, seiring dengan pesan untuk tidak bertingkah sembarangan dan menghindari marabahaya dalam kehidupan sehari-hari.
Keraton Solo memberi makna mendalam pada tradisi Mahesa Lawung dengan mengubur kepala kerbau, yang dalam konteks budaya Jawa sering dijadikan lambang kebodohan. Penguburan ini menjadi simbol dari kebijaksanaan dan keinginan untuk memendam kebodohan.
Dengan mengenang tindakan ini, Keraton Solo mengingatkan orang Jawa untuk memahami pentingnya belajar dan menghindari perilaku bodoh. Pesan moral ini mendorong masyarakat untuk mencari pengetahuan dan kebijaksanaan, serta merangsang pertumbuhan intelektual dan spiritual.
BACA JUGA:Rekomendasi Destinasi Wisata Alam dan Budaya di Bali yang Luar Biasa Indah
BACA JUGA:5 Alat Musik Tradisional Jawa Tengah, Yang Masuk Kedalam Warisan Budaya Indonesia.
Upacara Adat Mahesa Lawung bukan hanya ritual warisan leluhur, melainkan juga cerminan dari nilai-nilai kearifan lokal yang membimbing masyarakat Jawa. Melalui makna filosofisnya, upacara ini menjadi bukti kekayaan spiritual dan budaya yang harus dilestarikan dan dihargai.
Dengan memahami pesan moral yang terkandung dalam ritual ini, kita dapat menggali kebijaksanaan dari tradisi nenek moyang kita dan membimbing generasi mendatang menuju jalan kebijaksanaan dan kesadaran diri. (wan)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: