Sakralnya Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat!

Sakralnya Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat!

Sakralnya Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat!-BetaNews-

Upaya pelestarian tradisi ini mencerminkan dedikasi tinggi untuk menjaga akar budaya dan sejarah kerajaan, serta mengajarkan nilai-nilai tradisional kepada generasi penerus agar tetap dihargai dan dipahami dalam konteks keberlanjutan budaya bangsa.

Pelaksanaan Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat

Sebelum kirab dimulai, suatu serangkaian prosesi upacara tradisi yang sarat makna dilaksanakan oleh para abdi dalem dan peserta kirab. Keraton Kasunanan Surakarta membimbing setiap tahap prosesi ini dengan penuh kearifan lokal yang mendalam. Pada malam bersejarah tersebut, Raja Keraton Kasunanan Surakarta, Paku Buwono XIII, memimpin prosesi wilujengan, menambah nuansa khidmat dalam acara ini.

Tepat pukul 00.00 WIB, suara lonceng menggema di halaman Keraton, menandakan dimulainya kirab. Dua belas bunyi lonceng mengiringi para peserta kirab, termasuk Kanjeng Gusti Adipati Anom Sudibyo Rajaputra Narendra Ing Mataram yang berada di barisan depan. Mereka berjalan dengan penuh khidmat, mengiringi kelima ekor kerbau bule yang menjadi pusaka simbolik dalam tradisi ini.

BACA JUGA:Berwisata Budaya Di Keraton Surakarta Hadiningrat!

BACA JUGA:Serba-Serbi Tradisi Sekaten, Perayaan Budaya dan Agama Masyrakat Solo!

Selama prosesi kirab, baik abdi dalem maupun peserta umum mematuhi aturan yang khusus: tidak berbicara, makan, minum, atau bersenda gurau. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesakralan dan konsentrasi dalam merayakan momen bersejarah ini. Rute kirab membentang sejauh tujuh kilometer, melalui jalur Supit Urang, Jalan Pakubuwana, Gapura Gladag, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, hingga akhirnya kembali ke Keraton Solo.

Makna Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat

Kirab Pusaka Keraton Surakarta Hadiningrat bukan sekadar prosesi perarakan kerbau dan pusaka berharga. Di balik keindahan visualnya, kirab ini mengandung makna mendalam yang menjadi filosofi dan ajaran bagi masyarakat yang mengikutinya.

1. Makna Keselamatan dan Perlindungan

Dalam tradisi kirab ini, masyarakat mengajukan doa dan permohonan keselamatan. Mereka berharap agar kerbau bule dan pusaka yang diarak membawa berkah, perlindungan, dan keberuntungan bagi mereka dan komunitasnya. Kirab menjadi momen di mana kepercayaan dan harapan menguat, menciptakan ikatan spiritual yang erat dengan warisan leluhur.

2. Sarana Introspeksi dan Tapa Bisu

Prosesi kirab diwarnai dengan sebuah ritual yang disebut tapa bisu. Selama kirab berlangsung, peserta dilarang berbicara satu sama lain. Ritual ini bukan sekadar larangan berkomunikasi, melainkan bentuk introspeksi dan meditasi diri. 

Dalam keheningan, peserta diminta merenungkan perbuatan dan tindakan mereka selama setahun yang telah berlalu. Tapa bisu menciptakan kesempatan bagi mereka untuk memikirkan ulang perilaku, membuat introspeksi mendalam, dan bertekad menjadi pribadi yang lebih baik di tahun mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: