PJJ Sulit Diterapkan di Daerah Terpencil

PJJ Sulit Diterapkan di Daerah Terpencil

KBM - Salah satu guru di SD Negeri Wotgalih 03 sedang memberikan KBM kepada anak didiknya di rumahnya, kemarin. YERI NOVELI/RADAR SLAWI JATINEGARA - Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) bagi pelajar SD tidak semuanya lancar. Seperti yang terjadi di SD Negeri Wotgalih 03, Kecamatan Jatinegara, Kabupaten Tegal. Hampir seluruh siswa di sekolah tersebut tidak bisa mengikuti PJJ secara daring karena berbagai alasan. Selain minimnya sinyal, beberapa siswa juga tidak memiliki handphone. Terpaksa, guru di sekolah tersebut mendatangi rumah-rumah siswa untuk memberikan kegiatan belajar dan mengajar (KBM). "Sekolah kami lokasinya di desa terpencil. Berada di bukit. Jauh dari keramaian. Sehingga KBM secara daring tidak bisa dilaksanakan," tutur Kepala SDN Wotgalih 03 Endang Purwati, kemarin. https://radarbanyumas.co.id/pgri-mundur-dari-program-organisasi-penggerak-pop-kemendikbud-program-organisasi-penggerak-dinilai-banyak-kejanggalan/ Untuk menuju ke sekolah tersebut, aksesnya memang sulit. Harus melewati hutan dan menyebrangi sungai tanpa jembatan. Sungainya lumayan besar. Sungai bisa dilewati ketika airnya surut. Jika kondisi banjir, akses menuju ke sekolah yang berada di Dukuh Karangsari, terputus. Di pedukuhan tersebut, hanya ada 5 RT dan 1 RW. Mayoritas profesi penduduk sebagai petani. Beberapa warga juga ada yang merantau ke luar kota. Tak heran, ketika guru mendatangi rumah siswa, kondisinya sepi. Mereka kerap diajak orangtuanya untuk pergi ke sawah dan kebun. "Sebagai gantinya, guru hanya memberikan tugas pelajaran kepada siswa," katanya. Menurut Endang, kendati jarang bertemu dengan siswa, tapi para guru rutin datang ke rumahnya. Mereka selalu mengecek dan memberikan KBM dengan menerapkan protokol kesehatan. Semula, saat pemerintah memberikan intruksi kepada seluruh sekolah agar melaksanakan daring, pihaknya tetap mengindahkan. Namun, berjalannya waktu, siswa mengalami banyak kendala. "Di sini tidak ada sinyal. Bahkan, beberapa siswa juga ada yang tidak memiliki handphone Android," ucapnya. Karena itulah, lanjut Endang, proses KBM dengan sistem daring tidak berjalan maksimal. Guru harus bekerja ekstra untuk mendatangi rumah siswa satu persatu. "Kami tidak akan patah semangat. Kami selalu memberikan yang terbaik untuk siswa kami," tutupnya. (yer/gun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: