177 SMP di Cilacap Gunakan Pembelajaran Kombinasi, 100 Persen SD Gunakan Pembelajaran Offline

177 SMP di Cilacap Gunakan Pembelajaran Kombinasi, 100 Persen SD Gunakan Pembelajaran Offline

Proses pelatihan pembelajaran jarak jauh. CILACAP - Sebanyak 177 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Cilacap masih menggunakan sistem kombinasi (online dan offline) dalam melakukan pembelajaran. Sementara itu, hanya sembilan sekolah yang murni menggunakan pembelajaran online atau daring dan delapan sekolah yang menggunakan pembelajaran offline atau luring. Kepala Bidang Pendidikan Dasar, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap, Kastam mengatakan, untuk jenjang Sekolah Dasar (SD), 100 persen model pembelajaran menggunakan offline. Hal tersebut dikarenakan, banyak siswa yang belum bisa menggunakan aplikasi online. "Untuk online menggunakan internet dengan beberapa aplikasi seperti google classroom, zoom, instagram, facebook dan lainnya. Sedangkan luring di Cilacap menggunakan metode belajar secara berkelompok. Di jenjang TK setiap kelompok maksimal 3 siswa, SD kelas bawah (1-3) maksimal 4 siswa, SD kelas atas (5-6) maksimal 5 siswa, sedangkan SMP 6 siswa," jelas Kastam. Pembelajaran dapat dilakukan melalui buku, lembaran tugas dan sejenisnya. Kegiatan belajarnya dari rumah. Namun, kata Kastam, guru bisa menemui setiap kelompok untuk memantau perkembangan siswa. Dengan catatan tetap menerapkan protokol kesehatan. "Konsep pembelajaran offline ini, salah satu anak dalam kelompok diundang ke sekolah untuk diberikan materi. Nantinya, materi tersebut akan diinformasikan ke anggota kelompok sebagai tutor sebaya," kata Kastam. Dia mengatakan, sekalipun masa pandemi, pelayanan terhadap pembelajaran bisa laksanakan walaupun tidak ada target kurikulum 100 persen. Di Kabupaten Cilacap, telah sepakat hanya 60 persen kurikulum yang tercapai saat ini "Untuk SMP, anak hanya diberikan dua mata pelajaran, sedangkan SD hanya 2 tema. Setiap pelajaran maksimal 2 jam pembelajaran. Sehingga model seperti ini, anak-anak tidak terlalu jenuh, karena dikhawatirkan imunitas akan turun. Tetapi juga kita tidak mengabaikan tentang kurikulum. Prinsip kami pelayanan ke anak-anak bisa berjalan," pungkasnya. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: