Siswa Tuntut Kepala Sekolah SMKN 3 Banyumas Dicopot

Siswa Tuntut Kepala Sekolah SMKN 3 Banyumas Dicopot

Dinilai Hambat Prestasi PURWOKERTO-Kegiatan penerimaan rapot di SMK Negeri 3 Banyumas, Jumat (22/12) diwarnai aksi demonstrasi dari para siswa. Mereka menuntut turunnya kepala sekolah serta guru-guru lainnya lantaran dinilai menghambat prestasi mereka. Dari pantauan Radarmas, awalnya mereka menggelar pentas di halaman sekolahan dengan pentas calung Banyumasan. Namun ternyata, hal tersebut hanya sebuah rencana untuk melancarkan aksi demo. Sejumlah poster bertuliskan tentang keluhan terhadap kepala sekolah serta tuntutan agar kepala sekolah turun dipampang oleh seluruh siswa kelas 3. Dalam orasinya, Chandra Ayu wariani siswa kelas 3 jurusan Seni Tari mengatakan, mereka mengaku muak dengan kebijakan yang diterapkan kepala sekolah mereka Dra Nuraeny Haryanti. Menurutnya, kebijakan kepala sekolah menghambat prestasi siswa SMK N 3 Banyumas. "Kami hendak mengikuti even, namun tidak disetujui kepala sekolah, dengan alasan tidak ada biaya, ada lagi kegiatan OSIS juga tidak pernah disetujui. Selain itu kepala sekolah sering merendahkan siswa dan tidak menghargai. Dan beberapa alat musik karena di sini kan sekolah seni, alat-alat pada rusak dibiarkan saja," katanya. Siswa lainnya Hafid Panji Laksono dari Jurusan Perdalangan mengaku dipersulit jika hendak pentas. "Sebenarnya berkali-kali ada agenda pentas di luar, tetapi dari sekolah tidak memperbolehkan dengan alasan yang tidak jelas. Saat mengikuti lomba meskipun sering menang tapi hadiah juga dipotong," terangnya. Selain menuntut kepala sekolah turun, siswa juga menuntut tiga guru lainnya untuk turun lantaran sudah berumur serta sudah betindak arogan dengan cara mengusir siswa saat sedang latihan. Sementara itu, Kepala Sekolah SMK N 3 Banyumas, Dra Nuraeny Haryanti saaat dikonfirmasi merasa kaget jika siswanya tiba-tiba menggelar demo tersebut. Ia mengungkapkan, sebenarnya dirinya tidak menghambat para siswa untuk berkarya di even luar sekolah, namun karena mereka sudah kelas 3, dirinya menginginkan untuk mengurangi kegiatan di luar. "Sebenarnya kami tidak menghambat, kami berikan kelonggaran hari Sabtu dan Minggu kalau mau pentas di luar. Tapi mereka kan sudah kelas tiga dan akan ujian. Bagaimanapun nilai di ijazah pasti dimanapun yang pertama kali dilihat," katanya. Selain itu tuntutan tentang kegiatan OSIS, dan kepramukaan bukan wewenangnya melainkan pembina masing-masing kegiatan. "Pembina semua sudah meminta disposisi ke saya, lalu saya serahkan semuanya ke pembinanya jadi itu wewenang pembinanya," lanjutnya. Sementara terkait dipotongnya beberapa uang saku yang diterima dari mengikuti even bahkan lomba tingkat provinsi, pihaknya mengakui semua diatur dalam Satuan Standar Harga (SSH). "Itu semua sudah diatur dalam SSH, kalau kami melebihkan ya sama saja kami melanggarnya dan kami mendapat sanksi dari provinsi," terangnya. Terkait tidak diperbolehkannya latihan di malam hari, Nuraeny mengatakan sekolah dekat dengan pemukiman warga. Latihan siswa yang kerap berlangsung hingga larut malam membuat beberapa warga protes ke sekolah. "Jadi boleh saja latihan malam, tapi dibatasi sampai pukul 21.00. Karena sekolah kan juga dekat dengan rumah warga, jadi jika sampai larut malam mengganggu," pungkasnya. (ali)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: