Program Full Day School Dikhawatirkan Gerus Madrasah Diniyah dan Taman Pengajian Al Qur'an

Program Full Day School Dikhawatirkan Gerus Madrasah Diniyah dan Taman Pengajian Al Qur'an

BANJARNEGARA - Rencana pemerintah pusat menerapkan Full Day School (FDS) dikhawatirkan akan menggerus eksistensi Madrasah Diniyah (Madin) dan Taman Pendidikan Al-Qur'an (TPQ). Sebab dengan pulang sore, anak sudah capai dan malas untuk belajar di lembaga pendidikan informal seperti Madin dan TPQ. Ketua Forum Komunikasi Madrasah Diniyah Takmiliyah (FKDT) Banjarnegara, Zahid Khasani, khawatir jika pulang sampai sore hari, anak menjadi malas mengaji sesampainya di rumah. Full-Day-School Sehabis maghrib mereka merasa capek setelah seharian bersekolah, dan seringkali langsung tertidur lelap. Dengan begitu, waktu untuk mengaji dan bercengkrama dengan orang tua yang sangat terbatas. Hal ini bisa mengakibatkan hubungan antara orang tua dan anak menjadi kurang harmonis, karena kurangnya komunikasi. "Jika FDS efektif diterapkan, TPQ dan Madin di tengah masyarakat akan hilang dan tergerus dengan sendirinya karena anak baru pulang sekolah pada jam lima sore. Karena tidak sedikit anak yang harus belajar agama di Madrasah Diniyah usai pulang sekolah," paparnya. Menurutnya, sebuah program lebih baik melalui riset terlebih dahulu sebelum menjadi kebijakan. "Pada dasarnya, kita boleh berasumsi bahwa pendidikan tidak pernah dapat dipisahkan dari keadaan sosial. Karena sejatinya para praktisi di pendidikan adalah pelaku sosial. Oleh karena itu perlunya formalisasi jam-jam tambahan keagamaan karena dengan minimnya waktu orang tua di rumah maka secara otomatis pengawasan terhadap hal tersebut juga minim," kata dia. Dia menambahkan, karena di sekolah seharian, anak menjadi minim berinteraksi dan bersosialisasi dengan keluarga dan lingkungannya. Karena dipaksa belajar agar memenuhi target orang tua dan sekolah untuk berprestasi, memunculkan kemarahan terpendam anak bahkan sikap aptis. (drn)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: