Dinilai Mahal dan Terus Diperdebatkan, Pelaksanaan Full Day School Harus Matang

Dinilai Mahal dan Terus Diperdebatkan, Pelaksanaan Full Day School Harus Matang

PURWOKERTO - Wacana full day school yang dilontarkan Mendikbud Muhadjir Effendy terus menjadi pro dan kontra. Bupati Banyumas, Ir H. Achmad Husein berpendapat santai. Menurut orang nomor satu di Banyumas itu, wacana full day school cukup baik meski harus ada beberapa penyesuaian. Khususnya jika nantinya diterapkan di Banyumas. "Sangat bagus asal dipersiapkan dengan matang dan teliti, serta disesuaikan dengan kondisi lingkungan setempat," katanya. dok_ilustrasi-anak-anak-Sekolah-Dasar-(2) KETRAMPILAN: Siwa SD di Purwokerto sedang mengerjakan muatan lokal kerajinan Bupati juga belum tahu secara pasti rencana yang akan dilakukan. Namun menurutnya penerapan full day school nantinya akan membutuhkan biaya yang sangat tinggi. Hal tersebut nantinya juga tergantung dari pemerintah pusat. "Kalau kemungkinan adanya lonjakan dana alokasi di sektor pendidikan, itu yang tergantung yang punya ide nanti," ujarnya. Meski demikian, Husein menjelaskan untuk penerapan di Banyumas, nantinya tidak dapat dilakukan di semua sekolah. Sehingga harus selektif dan bertahap dalam penerapannya. "Harus disiapkan dengan matang dulu. Tidak boleh kedubrak kedubruk. Tapi kalau semua siap, kita akan lebih baik dari Singapore," ujarnya. Lebih lanjut, menurutnya penerapan full day school nantinya diharapkan dapat dijadikan sarana pencegahan dan pengawasan terhadap pergaulan anak, terutama untuk membatasi anak dari hal-hal negatif. Hanya saja memang perlu ada penyesuaian agar tujuan tersebut dapat tercapai. Kepala Dinas Pendidikan Purbalingga, Tri Gunawan Setyadi menilai program itu akan sulit diterapkan di Purbalingga. Alasannya karena tidak semua SD dan SLTP baik negeri dan swasta sarana dan prasarananya (sarpras) memadai. “Kondisi ini akan menjadi kendala berat saat harus ada full day school. Belum lagi aspek lain seperti tenaga guru, sosial kemasyarakatan dan lainnya. Memang ini masih dikaji di pusat, namun sulit jika harus diterapkan,” tegas Gunawan, Rabu (10/8) kepada Radarmas. Aspek lain yang harus dipertimbangkan atas program ini yaitu bisa mempengaruhi kesempatan anak didik saat harus bersosialisasi di luar. Misalnya usai pulang sekolah harus les privat bahasa asing, mengaji, dan interaksi sosial lainnya. “Belum lagi soal anak butuh makan, butuh belajar yang lain di luar sekolah. Jadi saya rasa sulit jika diterapkan di sekolah,” tambahnya. Kabid Pendidikan Dasar Dindik Kabupaten Purbalingga, Sarjono juga mengatakan, akan membutuhkan waktu panjang dan lama ketika full day school harus diterapkan. Sebelumnya program percobaan lima hari sekolah juga banyak mendapat tanggapan beragam dan persoalan. “Banyak aspek yang harus disiapkan, termasuk sarpras, siswa sendiri dan tata laksana teknis lain. Misalpun haraus diterapkan, waktu persiapannya bisa panjang. Ini tidak akan efektif saat harus diterapkan, karena sosialisasi dan penerapannya akan menemui banyak kendala,” ungkap Ketua PGRI Kabupaten Purbalingga ini, semalam (10/8). Salah satu orangtua siswa, Adi Purwanto mengungkapkan, adanya full day school bisa diartikan merendahkan orangtua yang lemah dalam membentuk karakter anak. Sebenarnya pendidikan karakter sudah dijalankan orangtua, misalnya pulang sekolah tidur, lalu mengaji dan keesokan harinya saat berangkat sekolah mengajak anak lain berangkat bersama. “Ini sudah membentuk karakter anak atau siswa. Jadi jangan rendahkan kami para orangtua dalam mendidik anak- anak atau siswa. Biarkan anak bersosialisasi dengan lingkungannya dan tetap dalam pengawasan orangtua,” ungkapnya. Adi Sumargo, warga Bayur, Cilacap mengatakan kurang setuju, karena menurutnya anak akan merasa terforsir dan waktu untuk berkumpul dengan keluarga juga akan berkurang. Pendapat berbeda disampaikan Pujiarti warga Gumilir. "saya setuju saja asalkan di sekolah para siswa bisa fun dalam menjalani prosesnya. Karena menurut saya jika wacana akhirnya bisa di terapkan maka dari pihak sekolah juga harus punya kesiapan untuk menghadapi siswa yang mungkin merasa bosan. Karena cenderung anak-anak sekarang mudah jenuh," jelasnya. (dns/amr)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: