Melihat Hari Pertama Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) di Majenang

Melihat Hari Pertama Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) di Majenang

Sangat Santai, Satu-satunya Tugas Membuat Papan Nama Pengenalan Lingkungan Sekolah (PLS) atau yang dulu lebih dikenal dengan Masa Orientasi Sekolah (MOS) berubah 180 derajat. MoS yang kental dengan perploncoan, sudah lenyap. Kini PLS berganti suasana. Malah bagi siswa SLTA, tidak jauh berbeda kala mereka untuk pertama hari memasuki jenjang pendidikan menengah tingkat pertama. HARYADI NURYADIN-Majenang Melihat-Hari-Pertama-Pengenalan-Lingkungan-Sekolah-(PLS)-di-Majenang Sayup-sayup terdengar anak-anak menyanyikan lagu populer yang tengah digandrungi banyak anak muda di tanah air. Mirip sebuah paduan suara. Mereka itulah siswa baru di sebuah SLTA di Majenang. Sementara "panitia pembantu" yang merupakan pengurus OSIS, hanya nampak mendengarkan. Tidak banyak aktivitas. Hanya mengamati dan mendengarkan. Di bagian lain, sejumlah siswa baru nampak duduk santai di depan kelas. Sangat santai. Kakak kelas yang mungkin saat MOS dulu akan segera bertindak, karena punya "kewenangan" menjatuhkan sanksi, juga tidak banyak bereaksi. Mereka malah berbincang santai. Pemandangan ini hampir ditemukan ditemukan di semua sekolah di Kecamatan Majenang. Tidak hanya negeri. Yang swasta juga sama. Interuksi Kementrian dan Kebudayaan yang melarang perpeloncoan saat PLS atau yang dikenal dengan MOS atau ospek di masa lalu. "Hari pertama PLS tidak banyak kegiatan," ujar Hilmy, salah satu siswa SLTA di Kecamatan Majenang. Dia bersama seluruh siswa baru mendapatkan dua materi di dalam ruang. Dia juga sempat merasakan baris berbaris, layaknya anggota pasukan bendera. Tentu saja kegiatan ini dilakukan di luar ruangan. "Dua materi di dalam ruang, satunya di luar tentang baris berbaris," katanya. Dia mengaku, suasana PLS yang dimulai Senin (18/7) lalu tidak jauh berbeda dengan Masa Orientasi Peseta Didik Baru (MOPDB) yang pernah dia ikuti pada tiga tahun lalu. Saat dirinya pertama kali menjejakkan kaki di bangku SMP. Karenanya, dia mengaku tidak kaget sama sekali meski ada aturan ketat dari Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan."Sama kaya waktu SMP dulu. Jadi tidak kaget," ujarnya. Satu-satunya hal yang harus dibuat siswa baru adalah membuat papan nama dari kertas. Barang ini mirip dengan kartu identitas dan kerap dijumpai dalam berbagai kegiatan. Kartu ini harus dikalungkan di dada dan dilapisi plastik laminating. Huruf yang tercetak didalamnya menggunakan pensil warna mencolok. "Paling (hanya) papan nama dan dikalungkan," ujar Rita, siswa baru lainnya. (*/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: