Dijual ke Eropa dan Amerika, Omset Capai Ratusan Juta

Dijual ke Eropa dan Amerika, Omset Capai Ratusan Juta

Ibnu Hamka menunjukkan pesanan gelang biji jenitri dari orang Amerika seharga Rp 12 juta yang belum sempat ia kirim, Sabtu (16/9).-JULIUS/RADARMAS-

Mengenal Ibnu Hamka, Perajin Biji Jenitiri asal Mertasinga, Cilacap

Di tangan Ibnu Hamka, biji jenitri atau biji air mata dewa mampu disulap menjadi aksesoris atau pernak - pernik dengan nilai ekonomi tinggi. Tanaman asli India itu, saat ini sudah banyak pembudidaya termasuk di Indonesia.

JULIUS PURNOMO, Cilacap

AWALNYA, Pria 39 tahun warga Kelurahan Mertasinga, Kecamatan Cilacap Utara itu memulai dengan menjual bibit dan biji tanaman jenitri di pasar lokal, karena terinspirasi dari tetangganya pada tahun 2013.

Hingga akhirnya, ia mencoba untuk mengolah biji jenitri untuk dijadikan pernak-pernik dengan membuat gelang, kalung, tasbih hingga kerajinan lain.

"Proses pengolahannya lama, sebab dari awal proses pemetikan atau panen biji jenitri hingga dijemur 3-4 hari tergantung cuaca," katanya saat ditemui Radarmas, Sabtu (16/9).

Setelah kering, biji jenitri dipisahkan menurut diameter kemudian dilubangi pada bagian tengah menggunakan mesin bor. Yang membuat unik, biji jenitri memiliki garis muka atau para perajin menyebutnya mukhi sekitar 2-21 adalah yang laku di pasaran.

"Ini kepercayaan dari sananya, kalau mukhi nya lebih dari 21 ke atas itu tidak memiliki makna apapun, susahnya di situ, saya harus cari bibit hingga keluar kota untuk hasilkan biji jenitri dengan mukhi di bawah 21," jelasnya.

Ibnu mulai merambah pasar ekspor hasil kerajinannya pada tahun 2017. Berawal dari pasar lokal yang bagus, ia mulai berani mempromosikan hasil karyanya hingga keluar negeri seperti, India, Amerika, Jepang, Australia, Filandia, Malaysia, Brunei, Singapura sampai ke Kanada.

"Kalau untung cenderung naik turun, tapi jika sedang ramai order pernah Rp 100an juta lebih saya dapat," kisahnya mantap.

Meski memiliki harga jual yang tinggi, Ibnu mengaku biji jenitrinya tidak pernah sepi peminat, apalagi dari negara asalnya India dan mancanegara karena faktor kepercayaan hingga memiliki makna tertentu.

 

"Apalagi biji yang antik, seperti yang memiliki diameter besar kemudian mukhi seperti yang saya jelaskan tadi, intinya bisnis ini masih memiliki prospek bagus, karena memiliki tingkat keawetan yang tinggi, jika tidak laku sekarang bisa dijual tahun depan," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: