Masyarakat di Cilacap Barat Gelar Adat Tradisi Sidekah Ketupat

Masyarakat di Cilacap Barat Gelar Adat Tradisi Sidekah Ketupat

Kegiatan tradisi Sidekah Ketupat di Desa Matenggeng, Kecamatan Dayeuhluhur, Kabupaten Cilacap.-IDA UNTUK RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.DISWAY.ID - Warga di Kabupaten CILACAP memiliki tradisi menggelar acara adat sidekah ketupat. Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun oleh warga asli di wilayah CILACAP Barat. Dilaksanakan setiap Rabu Wekasan bulan Safar dalam kalender Islam. 

Hanya saja, makin kesini hanya beberapa dusun dan desa di wilayah Dayeuhluhur dan Wanareja serta sedikit di Majenang yang berbatasan dengan Wanareja yang masih melestarikannya.

Adyatama Kepariwisataan dan Ekraf Ahli Muda Disporapar Cilacap, Ida Farida mengatakan, Sidekah Kupat berupa kegiatan menyampirkan ketupat yang dibuat oleh warga di palang bambu atau kayu di batas-batas desa.

"Ketupat diberikan sebagai bentuk sedekah warga kepada warga dari desa tetangga atau tamu serta siapapun yang bukan warga setempat yang melintasi batas desa tersebut," jelas Ida, Kamis (14/9/2023).

BACA JUGA:Akibat Kondisi Rumput Stadion Wijaya Kusuma Cilacap Tidak Rata, Pemain Asing PSCS Cilacap Cidera Saat Latihan

BACA JUGA:Kabar Baik, Insentif Ketua RT dan Ketua RW di Cilacap Bakal Dibagikan Mulai Oktober

Ida mengatakan, acara adat tersebut tahun ini dilaksanakan pada Rabu (13/9/2023) pagi di sejumlah desa di Kecamatan Dayeuhluhur, Desa Tambaksari Kecamatan Wanareja. Serta di Desa Salebu Kecamatan Majenang.

"Dulunya Sidekah Ketupat merupakan wujud rasa peduli dari warga yang daerahnya dilintasi oleh Prabu Siliwangi beserta pasukannya saat perjalanan perang. Kemudian warga memberikan bekal kepada pasukan Prabu Siliwangi berupa ketupat-ketupat yang disiapkan di tiap-tiap batas desa yang dilalui," kata Ida. 

Sebelum melakukan Sidekah Ketupat, dikatakan Ida, warga melakukan bersih-bersih jalan sepanjang jalur yang dilalui. Seolah-olah mereka menyiapkan diri untuk menyambut tamu agung. Hal ini dilakukan secara gotong-royong penuh kebersamaan. 

"Disporapar melihat hal ini sebagai sebuah atraksi budaya yang layak untuk diangkat dan dikenalluaskan agar tetap lestari dan menjadi daya tarik wisata yang memiliki keunikan serta nilai-nilai yang tinggi," kata Ida. (ray)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: