Panji Laksono, Belajar Wayang Sejak Balita, Tak Pernah Pasang Tarif untuk Diri Sendiri

Panji Laksono, Belajar Wayang Sejak Balita, Tak Pernah Pasang Tarif untuk Diri Sendiri

MENDALANG : Aksi Ki Panji Laksono Among Carito saat mendalang beberapa waktu lalu. -PANJI UNTUK RADARMAS-

Dari tiga itu ia mantap memilih yang pertama. Ngudal piwulang. Juga sebagai sarana dakwah. 

Juru dakwah adalah salah satu tugas dalang. Menyampaikan petuah yang berkenaan dengan kehidupan hukum sebab dan akibat. Dalang dimaknai sebagai ngudal piwulang atau membedah dan menyampaikan ajaran kehidupan baik tersirat atau tersurat," terangnya. 

Dalam setiap cerita pewayangan yang ia bawakan, ia selalu menyelipkan pesan untuk tidak lupa akan budaya sendiri. Dan juga agar selalu berbuat baik kepada siapa saja. 

"Budaya asli kita harus selalu kita jaga, karena itu merupakan warisan luhur para pendahulu kita. Dan selalu berusaha berbuat baik, perkara perbuatan baik yang kita lakukan dicap pencitraan itu urusan mereka," terangnya. 

Namun, seiring berjalannya waktu ia justru lebih banyak menjumpai tukang mayang dibandingkan dalang. Tukang mayang ia jelaskan, hanya fokuskan pada sajian-sajian yang menitikberatkan iringan, sabetan, sinden yang ayu. Namun kurang menitikberatkan tentang nilai-nilai kehidupan atau filosofi yang harus disampaikan. "Ini terjadi salah satunya karena perkembangan zaman juga," ucapnya. 

Dalam mendalang ia juga mempunyai visi dan misi memperkenalkan wayang kepada anak-anak muda. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, menampilkan wayang dengan bentuk yang unik jadi salah satu caranya dalam mengenalkan wayang. 

"Menggunakan wayang wayang unik tapi tidak keluar dari pakem wayang. Seperti mengeluarkan wayang ikan, untuk menarik minat anak-anak. Dalam sebuah pertunjukan dalang harus luwes, dalam arti melihat kondisi dan situasi dari lokus dan waktu," terangnya. 

Seperti apa yang gurunya ajarkan, ia dalam mendalang tidak pernah mematok tarif untuk dirinya. Tapi untuk panayagan, lain cerita. Ia perjuangkan betul tarif untuk membayar panayagan. 

"Tanpa panayagan sebuah pentas wayang tidak akan bisa berhasil. Karena pentas wayang itu kerja tim," paparnya.  

Soal tarif ia pernah dibayar Rp 100 ribu di tahun 2016. Pentas selama setengah jam. Dan ia tanpa keberatan menerima upah itu. 

"Saya terima saja. Karena itu sudah rezeki saya, dengan tidak memasang tarif menjadi bentuk syukur saya dan memaknai kehidupan," pungkasnya. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: