Berhemat Ala Orang Berpuasa

Berhemat Ala Orang Berpuasa

--

Galang Yugo Primono, Alumni Sastra Inggris S1 UM Purwokerto

ORANG berpuasa sejatinya sedang dilatih untuk menahan diri, tidak hanya dari yang membatalkan puasa, namun juga dari segala sesuatu yang menyangkut aspek-aspek kehidupan seseorang. Seperti yang diajarkan Rasulullah, puasa juga menjadikan seseorang agar lebih pandai dalam menjaga sikap dan perilakunya jika dilaksanakan secara ikhlas dan sesuai dengan tuntunannya. Banyak tuntunan yang diajarkan Rasulullah yang disampaikan para ulama tentang bagaimana seharusnya seorang muslim menjalankan ibadah puasa, amalan-amalan utama, serta amal-amal sholih lainnya, agar puasa yang dijalankan menjadi lebih khusyu dan terhindar dari hal-hal yang bersifat mubadzir dan sia-sia.

Kendatipun, dewasa ini dengan mencermati realita di masyarakat, momen Ramadan yang identik dengan ibadah puasa justru secara tidak sadar menjadi sarat akan pelampiasan ‘nafsu’. Jika kita definisikan apa itu puasa, tentu fenomena berikut ini menunjukkan sebaliknya. Sebagai contoh mengacu pada hasil riset yang dirangkum dari berbagai sumber, minat konsumsi masyarakat Indonesia selama Ramadan 2021 meningkat dibanding hari-hari biasanya sebesar 17 persen dan naik antara 25 hingga 30 persen pada Ramadan 2022. Hasil riset tersebut menambahkan bahwa kenaikan minat konsumsi terbesar masyarakat di Indonesia selama Ramadan terjadi di sektor pangan dan sandang.

Menilik fenomena tersebut, tentu makna puasa yang sesederhananya menahan diri dari segala sesuatu termasuk makan dan minum, bahkan bisa dikatakan puasa merupakan bentuk ikhtiar untuk bersabar dan memperbaiki diri justru bisa saja menjadi bermacam makna jika kita tarik kesimpulan dengan mencermati kebiasaan masyarakat selama berpuasa di Bulan Ramadan tersebut. Betapa tidak, hal-hal yang mungkin dipandang sepele juga lumrah saat ini sejatinya tengah menjerumuskan kita ke arah yang berlebihan jika cara kita menyikapi berpuasa seperti di atas dilandasi atas nafsu semata atau justru hanya berakhir mubadzir dan sia-sia jika tidak membawa manfaat yang tepat. Allah Azza wa Jalla dalam firmanNya mengatakan: “Janganlah kalian berlebih-lebihan.” (QS. Al-An’am: 141). “Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya orang-orang yang berbuat boros itu adalah saudara dari syaitan.” (QS. Al-Isra: 26-27).

Sebagai figur suri tauladan, tentu Rasulullah telah banyak mencontohkan bagaimana idealnya orang berpuasa agar keberkahan Ramadan bisa dekat dirasakan. Rasulullah menyampaikan “Betapa banyak orang yang berpuasa, namun dia tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya tersebut, kecuali hanya rasa lapar dan dahaga saja.” (HR. Ath-Thabrani). Demikian seharusnya momentum Ramadan dan ibadah seperti puasa bisa menjadi pelajaran agar kita bisa memperbaiki diri. Seperti halnya keberkahan yang diperoleh saat berpuasa Ramadan, nilai yang terpenting yang bisa dicapai seorang muslim dari puasa Ramadan adalah implementasi nilai kebaikan yang diajarkan Rasulullah setelah puasa berhasil ditunaikan. Bagaimana sikap dan perilaku kita selama berpuasa di Bulan Ramadan terus berlangsung meskipun Ramadan telah berlalu. Untuk mencapai itu, tentu nafsu bukanlah bagiannya.

Mari kita belajar dari Ramadan yang ada. Hendaknya seorang muslim belajar memaknai dengan benar apa itu puasa seperti halnya Rasulullah ajarkan, agar manfaatnya benar-benar kita rasakan. Wallahu a’lam bi as-shawab.(*)

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: