Perluas Wawasan Kader, PMII Komisariat Walisongo Purwokerto Gelar Sekolah Islam Gender

Perluas Wawasan Kader, PMII Komisariat Walisongo Purwokerto Gelar Sekolah Islam Gender

Pengkaderan--

PURWOKERTO, RADARBANYUMAS.CO.ID- Korps Putri Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (Kopri PMII) Komisariat Walisongo Purwokerto gelar Sekolah Islam Gender (SIG).

Dengan kegiatan yang berlangsung pada Jumat (23/12) hingga Minggu (25/12) kemarin di SMK Ma’arif NU 2 Karanglewas. 

Kegiatan SIG Kopri PMII Walisongo mengusung tema ‘’Dinamisasi Gerakan Optimalkan Kesetaraan’’.

Ketua Kopri Komisariat Walisongo, Ainun Robiatun Syafa’ah mengatakan, adanya Sekolah Islam Gender ini adalah kaderisasi formal untuk menjebatani para sahabat PMII dalam berproses dan tanggap atas apa yang menjadi tanggungan dalam mensetarakan gender.

‘’Output dari acara SIG ini adalah bagi para kader dari internal yakni untuk melatih mental para kader serta menambah wawasan kesetaraan atas laki-laki dan perempuan, serta memberikan gambaran acara untuk kedepannya,’’ ungkapnya. 

Ainun melanjutkan, seluruh kader PMII bisa tetap konsisten dalam ghiroh menjalankan kaderisasi formal dan senantiasa mendukung laju pergerakan organisasi.

‘’Pesan saya, kader-kader pergerakan khususnya kader kopri, tetap berdikari. Mari mengupayakan untuk bisa berwirausaha mengimplementasikan yang disampaikan pada forum stadium general, dan manfaatkan media secara intens untuk mempublikasikan kebaikan,’’ terangnya. 

Sementara itu, Nana Annisa Qoniatus Saadah, Ketua PMII Komisariat Walisongo Purwokerto mengungkapkan, tujuan dari adanya sekolah islam gender adalah untuk membukakan pikiran yang luas bagi para kader dan anggota PMII 

‘SIG adalah kaderisasi formal yang menurut saya wajib diikuti oleh perempuan dan laki-laki sehingga nanti akan tercipta kesetaraan gender dan pemikiran yang luas serta keduanya tidak ada yang timpang atas hak-hak ataupun stigma-stigma yang dibangun oleh konstruksi masyarakat, yang selama ini merugikan salah satu keduanya,’’ jelasnya. 

Ia juga menerangkan, bahwa kader-kader PMII perlu mengalami deskonstruksi nalar, sehingga tidak melihat salah satu gender secara subordinat demi stabilitas ruang bergerak yang lebih merdeka. 

‘’Hari ini, stigma tentang perempuan begitu lekat sehingga mempengaruhi mentalitas perempuan dalam menunjukan potensinya di ranah publik,’’ imbuhnya. 

Sehingga dengan kegiatan SIG itu menurutnya, dapat menjadi wadah untuk memberdayakan perempuan sehingga mampu untuk mengambil keputusan secara lantang. 

''Perempuan sudah semestinya memiliki self awarnes untuk progress, selalu bernaluri untuk meningkatkan kualitas diri, sehingga tidak hanya menuntut kesetaraan, melainkan sekaligus membuktikannya,‘’ tutupnya (win)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: