Doa Bersama Simpatisan #KamiTidakTakut

Doa Bersama Simpatisan #KamiTidakTakut

[caption id="attachment_95603" align="aligncenter" width="100%"] Sejumlah warga Jakarta saat melakukan aksi di tempat kejadian Bom Sarinah, Jakarta, Jumat (15/1/2016). Dalam aksinya mereka membawa spanduk dan melakukan tabur bunga di tempat kejadianFOTO:MIFTAHULHAYAT/JAWA POS[/caption] JAKARTA- Beberapa saat setelah bom meledak di Jl Thamrin, Jakarta Pusat Kamis (14/1) lalu, di jejaring sosial lantas muncul gerakan massal bertajuk #KamiTidakTakut. Gerakan di dunia maya ini merupakan dukungan sekaligus respon terhadap aksi biadab di tengah keramaian warga Jakarta itu. Dalam waktu singkat, gerakan #KamiTidakTakut langsung menjadi world trending topic di Twitter. Kemarin petang simpatisan gerakan #KamiTidakTakut turun ke lokasi aksi teror. Mereka membagikan bunga tanda simpati, menyampaikan orasi, hingga doa bersama di titik meledaknya bom di depan gerai Starbucks gedung Skyline, Jalan Thamrin. Sejumlah tokoh agama dan budaya ikut dalam aksi damai yang diikuti sekitar 50 orang itu. Mereka diantaranya Abdul Mu'ti mewakili Muhammadiyah, Rumadi Ahmad (PBNU), dan Gomar Gultom (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia/PGI). Tokoh lain yang bergabung ada Romo Magnis Suseno, Alisa Wahid, Romo Benny Susetyo, Romo Mudji Sutrisno, Gunawan Muhammad, dan Todung Mulya Lubis. Secara umum aksi ini ingin menyampaikan rasa duka kepada keluarga korban meninggal maupun luka-luka. Mereka juga mengapresiasi upaya cepat dan taktis dari aparat kepolisian. Sehingga bisa meminimalisir korban jiwa dari masyarakat. Mereka juga menyerukan seluruh masyarakat Indonesia untuk menekan dan menangkal ideologi terorisme seperti menebar kebencian dan lain sebagainya. Abdul Mu’ti dalam orasinya mengatakan teror di Sarinah Kamis lalu merupakan aksi biadab. Dia menjelaskan masyarakat tidak boleh menyerah dan kalah. "Kita adalah bangsa yang kuat, besar, dan cinta damai," katanya disambut pekikan kami tidak takut dari simpatisan lainnya. Dia menjelaskan terorisme adalah musuh bangsa, musuh agama, dan musuh kemuliaan. Alisa Wahid mengatakan bahwa Jakarta dan Indonesia pada umumnya tidak tunduk pada terorisme. "Indonesia sejak dulu adalah negara tempat orang-orang berani," kata anak sulung Abdurrahman Wahid itu. Dia mengatakan gerakan kemarin sekaligus memberikan dukungan kepada pemerintah supaya menunjukkan ketegasan, keberanian, dan koordinasi untuk melawan terorisme. Sekretaris Umum PGI Gomar Gultom menyerukan bahwa masyarakat Indonesia harus mengedepankan cita kedamaian. "Kita menolak segala bentuk aksi kekerasan. Kita melawan peradaban yang membawa kerusakan," jelasnya. Gomar berharap seluruh masyarakat Indonesia bisa bersatu dan bergandengan tangan untuk kembali merajut kekuatan bangsa. Budayawan Gunawan Muhammad mengatakan paham-paham kebencian sejatinya sudah lama disebarkan di luar negeri. "Dan akhirnya masuk ke Indonesia," kata dia. Gunawan mengatakan tugas masyarakat berikutnya adalah menyerahkan penanganan aksi teroris ini ke aparat kepolisian. Dia juga mengingatkan masyarakat bisa ikut aktif dalam mengawasi penebar racun kebencian. Namun dia berharap pengawasan ini tidak diikuti perasaan paranoid. Mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas menyebutkan bahwa terorisme itu tidak dapat diantisipasi kehadirannya, namun dapat dipersempit wilayah pergerakannya. "Indonesia itu negara hukum yang menjunjund tinggi kemanusiaan," jelasnya pada konferensi pers di Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Jakarta. Aksi terorisme tidak bisa dibiarkan terjadi begitu saja di tanah air. "Tidak satu tetes pun darah yang layak serta halal ditumpahkan atas nama kejahatan dan terorisme," tukas Erry. Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat menyebutkan bahwa baik pemerintah perlu berupaya bagaimana sebuah terorisme ini tidak melahirkan teror baru. "Jika memang ada dugaan, lakukan dengan mempersempit ruangnya," jelasnya. Begitu juga, untuk para terorisme yang berada dalam tahanan untuk tidak bisa menyebarkan sebuah ajaran-ajaran. Tokoh yang mengatasnamakan Koalisi Warga Lawan Terorisme ini pun mengajak kelompok masyarakat, aktivis, pengusaha dan pemuka agama untuk bergandengan tangan menjaga perdamaian, meluruskan paham kebangsaan dan menangkal konspirasi yang menyesatkan agar peristiwa serupa tidak terulang. Sementara itu, Seno Hartono, Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengatakan acara tersebut digelar mendadak. Mereka  sempat terkendala dengan masalah perijinan dan sempat akan dipindah ke Patung Kuda. Namun, pada akhirnya acara tetap digelar di Bunderan HI. Iwan Kosnandi, Guru SDN Cempaka Putih Barat 19 mengatakan kegiatan tersebut merupakan bentuk ikrar bahwa meski ada bom kita tidak merasa ketakutan. Dia mengatakan bahwa perwakilan dari SDN Cempaka Putih Barat 19 ada 10 anak. Iwan juga menambahkan di Jakarta Pusat sendiri akan ada 50 anak yang merupakan perwakilan dari lima SD di DKI Jakarta. Melalui acara ini para pelajar ingin mengirimkan pesan kami makin bersatu, kami bangsa pejuang dan kami bangsa pemberani. Meskipun peristiwa teror membuat para pelajar panik dan takut. Namun, dalam aksi ini pelajar ingin menunjukkan bahwa mereka bersatu dan berjuang, dan tidak takut terhadap terorisme, yaitu dengan membawa tagar #PELAJAR TIDAK TAKUT (wan/lus/via)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: