Global Future Fellows (GFF): Transisi Energi Butuh Transformasi Ekonomi dan Masyarakat

Global Future Fellows (GFF): Transisi Energi Butuh Transformasi Ekonomi dan Masyarakat

Executive Vice President (EVP) untuk Perencanaan Perusahaan Strategis Perusahaan Listrik di Perusahaan Listrik Negara (PLN) Hot Martua Bakara saat memberikan presentasinya, Jumat (30/9/2022). (Media GFF)-MEDIA GFF UNTUK RADARMAS-

CILACAP, RADARBANYUMAS.CO.ID  - Global Future Fellows (GFF) oleh Pijar Foundation dilanjutkan dengan serangkaian diskusi dinamis dengan tokoh-tokoh terkemuka di bidang energi. Di hari kedua, program yang dipimpin oleh Direktur Global Future Fellows (GFF) Cazadira F. Tamzil ini mengeksplorasi ketidakpastian yang ditimbulkan oleh ketegangan eko-ekonomi global saat ini dan perlunya solusi teknologi inovasi demi masa depan energi Indonesia.

Saat dunia pulih dari pandemi COVID-19, kita juga harus menghadapi ketegangan geo-ekonomi yang mendorong kita ke dalam gangguan rantai pasokan, yang berdampak pada ketidakamanan energi. Pencapaian target Indonesia terkait ketahanan energi dan proses transisi adalah upaya kolektif, yang membutuhkan semua tangan menyumbangkan ide, dan yang lebih penting, tindakan nyata.

Peran penting kemitraan menjadi poin kunci dari presentasi Hot Martua Bakara, yang merupakan Executive Vice President (EVP) untuk Perencanaan Perusahaan Strategis Perusahaan Listrik di Perusahaan Listrik Negara (PLN). Ia menyatakan, masih ada kesenjangan dalam hal kemampuan dan teknologi internal yang saat ini ada di Indonesia.

“Ada lima perubahan utama yang diperlukan untuk mencapai netralitas karbon pada tahun 2060, dari energi terbarukan skala besar di daerah terpencil, hingga penangkapan dan penyimpanan karbon. Semua upaya ini membutuhkan metode penetapan harga baru, pembiayaan, penyebaran teknologi dan dukungan kebijakan," sebut Bakara.

Menurutnya, transisi energi membutuhkan transformasi ekonomi dan masyarakat, yang hanya dapat terjadi melalui kemitraan multi-pemangku kepentingan. Pesan ini jelas tercermin dalam program GFF 2022, dengan narasumber dari akademisi, organisasi masyarakat sipil, kamar dagang, asosiasi pemerintah, dan suara filantropi. 

Acara dilanjutkan dengan diskusi panel yang semuanya menekankan kemitraan sebagai kendaraan perubahan - baik di tingkat global maupun lokal. Mereka menegaskan kembali tata kelola kolaboratif sebagai cara untuk mempromosikan aksesibilitas dan inklusi energi di seluruh nusantara. 

Organisasi pada umumnya, di seluruh sektor publik, swasta dan masyarakat, sekarang umumnya bergerak ke proyek commissioning dan scaling untuk mendukung tujuan Pemerintah Indonesia dalam menyeimbangkan ambisi ekonomi dan iklim.

Sementara, menurut Direktur Global Future Fellows (GFF) Cazadira F. Tamzil, untuk mencapai transisi energi yang berkelanjutan dan merata bagi negara sebesar Indonesia, BUMN dan sektor lainnya membutuhkan kolaborasi yang bermakna tidak hanya dengan global, tetapi juga mitra lokal, terutama dalam hal berbagi sumber daya. 

“Rencana Aksi Bersama yang dibuat oleh GFFellows – 36 peserta yang mengambil bagian dari GFF 2022 akan mengkonsolidasikan potensi kolaborasi antara sektor publik, swasta, dan masyarakat untuk menjaga proses transisi energi Indonesia,” kata Cazadira.

Sebagai informasi, hari pertama GFF turut dihadiri oleh Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara Republik Indonesia Pahala Mansury, Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal, Kementerian Investasi, Kementerian Investasi Republik Indonesia Indra Darmawan yang menyampaikan kata sambutannya masing-masing. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: