Sampah Plastik Disulap Jadi Mebel

 

BANJARNEGARA - Untuk mengurangi sampah plastik, para siswa SMKN 2 Bawang memanfaatkannya menjadi eco brick. Kemudian eco brick ini dirangkai menjadi modul dan menjadi beraneka macam mebel.

Ketua Project Profil Penguatan Pelajar Pancasila Setiono mengatakan pembuatan mebel dari sampah plastik ini merupakan implementasi dari tema gaya hidup berkelanjutan. "Sub temanya jejak karbon dan efek rumah kaca," ungkapnya.

Sesuai tema, sampah plastik dibuat menjadi eco brick atau bata ramah lingkungan. Eco brick ini dibuat dari botol bekas dan dalamnya diisi dengan plastik bekas yang kering dan bersih. Kemudian plastik dimasukkan ke dalam botol dan dipadatkan. Tidak boleh ada rongga sedikit pun, sehingga harus benar-benar padat. Kalau ada yang kosong, ketika mendapat beban seperti diduduki mebel akan meleyot.

Botol-botol tersebut disatukan dengan lem akuarium, kawat bendrat dan ada juga yang menggunakan lakban. Baru dihias sesuai keinginan siswa.

"Modul dibentuk menjadi barang yang memiliki nilai fungsi atau nilai jual dan estetika," paparnya.

Semua modul dibuat menjadi mebel (furnitur) seperti meja, kursi dan rak.

Kegiatan ini diikuti seluruh kelas. Setiap kelas ada 36 siswa. Per siswa lima botol air mineral 1,5 liter yang diisi sampah plastik.

"Satu botol minim-minimnya diisi sampah plastik enam ons.

Satu anak kan lima botol, kalikan 36 siswa, berarti 180 botol," ungkapnya. Karena ada 40 kelas, ada kurang lebih 7.200 botol yang digunakan.

"Sampahnya enam ons per botol. 4,32 ton sampah plastik," ujarnya.

Dilansir dari referensi yang dibacanya, furnitur dari eco brick mampu bertahan sampai 200 tahun, asalkan benar-benar padat.

Guru seni Setiyo Eko Widodo mengatakan setiap kelas, siswa didampingi satu guru pendamping untuk membuat kreasi. “Tapi kembali lagi ke anak, bebas membuat apa saja," ungkapnya. Namun sesuai tema yaitu furnitur yang bisa dipakai dalam kehidupan sehari-hari.

(drn)

Sumber: