Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon-Warganya Semangat Berkarya dan Produktif

Desa Muntang, Kecamatan Kemangkon-Warganya Semangat Berkarya dan Produktif

PERSAWAHAN Desa Muntang termasuk kategori non teknis atau tadah hujan. Setahun bisa panen dua kali, tapi hasilnya terkadang kurang maksimal. Meski begitu, warga Muntang tetap semangat untuk bisa menghasilkan sesuatu (produktif) demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Ada yang mengembangkan usaha knalpot, diantaranya Sigit Paryono, Solehan, dan Samsono. Sedangkan Aji Wibowo, sukses mengelola perusahaan batako. Kemudian beberapa warga lainnya sukses mengembangkan usaha perbengkelan, salah satunya bengkel las. “Alhamdulillah, kaum muda perempuan warga Muntang banyak yang bekerja di pabrik rambut dan pabrik kayu. Yang laki-laki bekerja di bengkal las dan knalpot. Beberapa orang berhasil mengembangkan usaha knalpot di desanya sendiri,” kata Kades Muntang, Paryono. Pengusaha knalpot Muntang, seperti Sigit Paryono, Solehan dan Samsono, yang menggeluti usaha knalpot selama beberapa tahun sekarang tergolong sukses. Mereka mempunyai sedikitnya lima hingga enam tenaga kerja. Produksi knalpot mencapai 70 sampai 100 lebih unit knalpot setiap bulannya. “Kalau usaha knalpot saya produksinya belum banyak. Setiap bulan baru sekitar 70-an unit. Saya dibantu lima tenaga kerja. Knalpot kami pasarkan sendiri atau oleh orang lain yang ingin ikut menjualkan,” ujar Solehan. Kegiatan produktif lainnya dilakukan Aji Wibowo (28), warga RT 01 RW 01 Desa Muntang. Secara otodidak, Aji yang mulai merintis usaha batako yang setiap bulannya bisa memproduksi 3.000 batako. Dia menjamin, batako buatannya tidak akan mengecewakan pembeli. “Bahan bakunya pasir yang diambil dari Banjarnegara. Selama ini batako buatan saya banyak dipesan warga Kecamatan Bojongsari dan warga Muntang,” kata Aji, yang sebelumnya pernah bekerja di pabrik rambut, pabrik kayu, dan perusahaan knalpot. Desa Muntang yang memiliki luas 158,059 hektare terdiri dua Kadus, 13 RT, dan empat RW jumlah penduduk 1.818 jiwa. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Gambarsari, selatan berbatasan Desa Pegandekan, barat berbatasan Desa Karangtengah, dan sebelah timur berbatasan dengan Desa Karangkemiri. Paryono mengatakan, anggaran Dana Desa 2017 untuk tiga titik kegiatan. Yakni pembangunan drainase di RT 08 RW 03, jalan setapak pavingisasi di RT 11 RW 04, dan perbaikan saluran irigasi Limpakdau atau Wangan Susukan juga di wilayah RT 11 RW 04. Pemeliharaan jaringan irigasi Limpakdau dengan biaya Rp 250 juta, merupakan hibah tahun 2017 dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kabupaten Purbalingga. Sistem pekerjannya swakelola oleh GP3A Tirto Dapur Lintang selama 90 hari kalender (15 Juli – 12 Oktober 2017). Menurut Kades Paryono, di Muntang masih ada beberapa perajin batik. Yakni Atik, warga RT 03 RW 01 dan Sudarti warga RT 03 RW 06. Sedangkan beberapa pembuat makanan dan jajanan seperti sriping pisang, sistik, atau kripik tempe, memproduksi kalau ada pesanan. Berkaitan kinerja perangkat desa, Paryono mengatakan, selama ini dia berupaya bekerjasama sebaik mungkin dengan seluruh jajaran perangkat desa yang ada di Pemerintahan Desa Muntang. Termasuk dengan mitra kerja yakni Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Perangkat Desa Muntang saat ini termasuk lengkap. Yakni Kaur Pemerintahan Rati, Kaur Kesra Rr Hendarti, Kaur Keuangan Basori, Kaur Pembangunan Suswanto, Kaur Umum/KU Sukirno, Kadus I Wartoyo, dan Kadus II Sulistyo Adi. Hanya jabatan Sekdes yang sementara masih kosong. Berkaitan bantuan Gubernur (BanGub) tahun 2017, menurut Paryono, untuk rehabilitasi rumah tidak layak huni (RTLH) tiga unit dan jamban sehat tiga unit. Kemudian anggaran DD dari pemkab untuk enam unit RTLH. Selain itu mendapat stimulan paket jambanisasi dari Dinkes 50 unit. “Setiap warga penerima program RTLH mendapat bantuan dana Rp 10 juta. Kemudian dalam pelaksanaannya, ada tambahan bantuan meterial. Seperti kayu, bambu, dan tenaga gotong-royong warga,” kata Paryono, yang merasa senang dan bangga dengan partisipasi warganya. Ketika Radarmas bertemu salah seorang warga RT 01 RW 01 Kadus I Desa Muntang, Sriyani (54), dia mengeluhkan kondisi rumahnya yang sudah reyot. Kalau hujan bocor. Janda dua anak ini sangat mengharapkan mendapat bantuan program RTLH dari kabupaten. “Silakan, bisa disaksikan kondisi rumah saya. Sudah sangat memprihatinkan. Tiang-tiangnya sudah menggantung karena dimakan rayap. Rangken atapnya yang terbuat dari bambu sudah lapuk, nyaris ambrol. Kayu penglarinya sudah patah,” kata Sriyani. Ketika dikonfirmasikan kepada Kades Paryono, rumah Sriyani sudah masuk data base desa untuk program RTLH. Bahkan sudah masuk skala prioritas, dan rumah Sriyani dipastikan akan direhab melalui program RTLH tahun anggaran 2018. “Rumah Bu Sriyani sudah masuk daftar tunggu. Jadi sudah bisa dipastikan, rumahnya akan direhab melalui program RTLH tahun depan,” ujar Paryono, yang didampingi Kaur Umum Sukirno. (nis/sus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: