Harga Tempe Naik 2 Kali Lipat di Tegal Usai "Dua Hari di Rumah Saja”

Harga Tempe Naik 2 Kali Lipat di Tegal Usai

NAIK DUA KALI LIPAT - Harga tempe di Kota Tegal, kemarin, naik dua kali lipat usai diberlakukannya program “Dua Hari di Rumah Saja”. AGUS/RATEG USAI diberlakukannya program “Dua Harii di Rumah Saja”, harga tempe di pasar tradisional Kota Tegal, Senin (8/2),naik dua kali lipat menjadi Rp20 ribu/kg. Sebelumnya, harga produk pangan berbahan dasar kedelai tersebut dijual Rp10 ribu hingga Rp12 ribu/kg. ''Ya, hari ini (kemarin, red) naik jadi Rp 20 ribu/kg. Padahal sebelumnya Rp10 sampai Rp 12 ribu/kg,'' ungkap Atun, 40, pedagang tempe di Blok C Pasar Pagi, Senin (8/2). Menurutnya, kenaikkan harga tempe dipicu harga kedelai yang sudah sebulan ini meroket. Ditambah stok barang yang didapat terbatas. Sehingga otomatis kenaikan harga terjadi di tingkat konsumen. https://radarbanyumas.co.id/harga-kedelai-masih-mahal/ https://radarbanyumas.co.id/jateng-di-rumah-saja-bikin-omset-turun-pedagang-nekat-jualan-sepi-pembeli-di-purbalingga/ Hal serupa dikatakan tempe lainnya, Koriyah, 66. Dia menyebut harga tempe naik setelah dua hari pasar libur karena adanya program “Dua Hari di Rumah Saja”. ''Naiknya dua kali lipat,'' katanya. Koriyah menjual tempe Rp20 ribu karena produk yang didrop dari produsen sudah mahal. Sehingga mau tak mau dia ikut menaikkan harganya. ''Kalau dari produsen sudah tinggi ya saya jual tinggi juga. Kalau murah ya saya jual murah. Kalau saya jual mahal, pasti tidak akan laku,'' jelasnya. Sementara, Ketua Umum Gabungan Koperasi Produsen Tahu dan Tempe Indonesia(Gakoptindo), Aip Syarifuddin mengatakan, kenaikkan harga tempe karena bahan baku tahu dan tempe hanya satu, yaitu kedelai. Dan produksi kedelai di Indonesia hanya berkisar antara 10 hingga 15 persen dari 3 juta ton kebutuhan per tahun. “Sedangkan impor tahun lalu berdasarkan data diperdagangan sekitar 2,67 juta ton sehingga sisanya kedelai lokal. Karena dalam perdagangan kedelai ini menganut sistem perdagangan bebas secara internasional, maka harga kedelai di Indonesia yang 90 persen ini dibutuhkan mengikuti harga internasional,” ungkapnya. Jadi dengan demikian,jika harga internasional stabil ya stabil, jika harganya turun ikut turun. Jika harganya naik ya ikut naik. (gus/wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: