Pembeli Sayur-mayur Berkurang di Pasar Tradisional Kota Tegal

Pembeli Sayur-mayur Berkurang di Pasar Tradisional Kota Tegal

JUAL BELI – Pedagang sayur mayur di Pasar Randugunting melayani seorang pembeli, Sabtu (5/9). K. ANAM SYAHMADANI/RATEG HARGA sayur-mayur di pasar tradisional Kota Tegal sedang mengalami penurunan. Meski demikian, sejumlah pedagang sayur-mayur menyebut pembelinya tetap berkurang. Pedagang sayur mayur di Pasar Kejambon, Ning, 34, mengatakan, sekarang banyak yang berjualan sayur-mayur ke rumah warga, dengan menawarkan harga di bawah pasar. “Setelah pandemi, banyak orang yang tidak bekerja. Akhirnya, berjualan di rumah-rumah, dan menjual dengan harga di bawah pasar,” kata Ning, Sabtu (5/9). Ning yang telah berjualan selama 13 tahun mengungkapkan, karena pembelinya berkurang, pendapatan yang diperoleh menurun sampai 50 persen. Selanjutnya, Ning berharap tidak ada perang harga antara pasar tradisional dan yang berjualan di rumah warga. Di samping itu, mengajak warga untuk membeli sayur-mayur ke pasar tradisional. Hal sama dialami beberapa pedagang sayur mayur di Pasar Randugunting. Bantuan sembako dari Pemerintah juga dinilai mempengaruhi pembelian sayur-mayur di pasar tradisional. Karena pembelinya berkurang, pedagang sayur-mayur di Pasar Randugunting, Triyani, 40, mengatakan, mengalami penurunan pendapatan mencapai 25 persen. https://radarbanyumas.co.id/dua-pedagang-pasar-trayeman-slawi-positif-corona-satu-meninggal-satu-masih-dirawat/ Menurut Triyani, sekarang banyak pedagang dari daerah pegunungan yang berjualan ke rumah warga. Sehingga, warga jarang ke pasar. “Banyak yang menggunakan mobil dan motor. Sehingga, warga jarang ke pasar. Kami hanya bisa mengandalkan pelanggan. Semoga pandemi segera berakhir,” ujar Triyani yang telah berjualan 12 tahun. Wakil Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DRPD) Kota Tegal Rosalina mengatakan, setiap jarak 500 meter di rumah warga kini memang banyak yang berjualan memakai mobil boks. Berkurangnya jumlah pembeli sayur-mayur di pasar tradisional juga dapat disebabkan karena banyaknya pasar tiban yang ada di pinggir jalan raya. “Dari situ, tidak ada PAD yang masuk ke Pemerintah. Jalan raya menjadi sesak dan susah untuk dilewati. Satpol PP harus bisa mentertibkan,” tegas Rosalina. Lebih lanjut Rosalina mengemukakan, apabila persoalan tersebut tidak ditangani dengan serius, akan semakin berdampak terhadap pasar tradisional. Kios-kios dalam pasar tradisional bisa menjadi sepi dan akhirnya disewakan. “Apabila dibiarkan, lama-lama pasar tradisional akan mati perekonomiannya,” ungkap politisi PDI Perjuangan tersebut. Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Pasar Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah dan Perdagangan (Dinkop UKM dan Perdagangan) Kota Tegal Yudi Arianto mengemukakan, berdasarkan informasi, sejak Juli, kondisi pasar tradisional sudah kembali ramai. Bidang Pasar akan menggelar rapat bersama Kepala Pasar untuk membahas kondisi secara makro. (nam/wan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: