Melestarikan Warisan Adiluhung Leluhur Keris: Bukan Benda Syirik, tapi Karya Seni 

Melestarikan Warisan Adiluhung Leluhur Keris: Bukan Benda Syirik, tapi Karya Seni 

KERIS - Pecinta Keris asal Kabupaten Tegal, Teguh, saat menunjukkan salah satu keris yang dikoleksinya, Sabtu (22/8). YERI NOVELI/RADAR SLAWI Sebagian kalangan masih memandang Keris identik dengan hal-hal berbau klenik serta mejik. Sebenarnya itu tidak benar. LAPORAN: YERI NOVELI BANYAK orang menilai bahwa Keris sebagai biang kemusyrikan atau syirik. Adanya pandangan seperti itu menjadikan masyarakat enggan untuk memiliki apalagi mengoleksi senjata khas Jawa tersebut. Namun, bagi para pecintanya, Keris atau kerap disebut Tosan Aji, justru dipandang sebagai warisan adiluhung leluhur yang memiliki nilai karya seni tinggi. Tidak hanya di Nusantara, Keris bahkan sudah diakui sebagai salah satu warisan budaya dunia.  Untuk melestarikan Keris itu, para penggemar Keris yang tergabung dalam Paguyuban Keris Tegal menggelar pameran dan bursa Keris di gedung Co-working Space Taman Rakyat Slawi, Sabtu (22/8). Pameran bertema "Menjadikan Keris Membumi di Tlatah Tegal" itu dihadiri paguyuban penggemar Tosan Aji dari berbagai kota antara lain Pekalongan, Banyumas, Batang Purwodadi, Pati, Purbalingga dan Cirebon. "Pertama untuk melestarikan budaya, budaya tosan aji yang mana sudah diakui dunia, bahwasannya Keris indonesia itu bagian dari warisan dunia," kata Ketua Panitia Pameran Keris Agus DC. Agus menegaskan, Keris bukanlah benda syirik. Menurutnya, syirik tidaknya Keris tergantung sudut pandang masing-masing orang. Justru dengan digelarnya pameran dan bursa Keris ini, akan memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa Keris merupakan sebuah karya seni warisan nenek moyang yang harus dilestarikan oleh generasi penerus bangsa. "Kata syirik itu harus kita hilangkan. Karena syirik itu adalah dari manusianya saja, menganggap suatu benda apakah ke arah syirik atau bukan," jelas Agus. https://radarbanyumas.co.id/arak-arakan-ingkung-ayam-warnai-tradisi-wiwitan-di-kajoran-magelang/ Agus membeberkan, Keris disebut sebagai sebuah karya seni adiluhung karena dibuat dengan sangat detail, teliti dan indah. Padahal, pada jaman dulu para Empu hanya menggunakan peralatan manual untuk membuat satu bilah Keris.  "Dimana leluhur kita membuat sebilah keris begitu detail. Yang mana dulu belum ada peralatan modern," ujar DC, panggilan akrab Agus Selain untuk melestarikan seni budaya, imbuh Agus, pameran dan bursa Keris ini sekaligus untuk menggunggah minat generasi muda mencintai warisan budaya nenek moyang. Agus khawatir, jika tidak ada yang mendorong generasi muda untuk mencintai budaya bangsa sendiri, maka akan banyak budaya adiluhung warisan leluhur yang akan punah. "Harus ada yang mendorong terus menerus melestarikan warisan budaya bangsa. Salah satunya ya Keris," ujar Agus. Supriyanto, 40, salah satu peserta pameran mengaku menyukai Keris bukan karena mitos mejik atau klenik, namun semata-mata karena melihat Keris dari sisi estetika serta benda yang memiliki nilai sejarah tinggi. Selai itu, Keris juga bisa mendatangkan manfaat dari sisi ekonomi. (*gun)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: