Melihat Penjamasan 3 Pusaka Berusia 500 Tahun Milik Kanjeng Sunan Kudus

Melihat Penjamasan 3 Pusaka Berusia 500 Tahun Milik Kanjeng Sunan Kudus

MERAWAT PUSAKA: H Faqihuddin (kanan) menjamas keris Kiai Cinthaka, peninggalan Sunan Kudus di utara tajug Menara Kudus kemarin. (DONNY SETYAWAN/RADAR KUDUS) KUDUS – Tiga pusaka milik Kanjeng Sunan Kudus dijamas. Tiga pusaka itu, keris Kiai Cinthaka dan dua trisula yang biasa terpasang di sisi mihrab atau pengimamam Masjid al-Aqsha Menara Kudus. Butuh sekitar 1,5 jam untuk menjamas pusaka berusia sekitar 500 tahun itu. Prosesi penjamasan kali ini tak jauh beda dengan tahun sebelumnya. Karena masih musim pandemi, seluruh rangkaian kegiatan dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat. Dikabarkan Radar Kudus, seluruh petugas dan tamu yang hadir mengenakan masker. Di antaranya juga menggunakan face shield. Selain itu, tamu yang hadir dibatasi agar bisa menerapkan physical distance. Terlihat tamu yang hadir hanya sekitar belasan. Padahal biasanya bisa lebih dari 20 orang. Ritual penjamasan keris berlangsung sekitar 1,5 jam. Mulai pukul 07.00 hingga 08.30 wib. ”Karena masih masa pandemi, kami terapkan protokol kesehatan yang ketat,” kata Ketua Yayasan Masjid Makam Menara Sunan Kudus (YM3SK) Em Najib Hassan. Penjamasan pusaka merupakan tradisi rutin yang dilakukan YM3SK untuk merawat dan menjaga pusaka dari kerusakan. Juga untuk lebih menampakkan pamor keris. Keris Kiai Cinthaka sudah berumur sekitar 500 tahun. Berdasarkan modelnya, keris milik Kanjeng Sunan Kudus ini, diperkirakan berasal dari zaman Majapahit akhir. Tipe bilah keris dinamakan dapur penimbal yang memiliki makna kebijaksanaan dan kekuasaan. Sementara pamor keris Kiai Cinthaka adalah wos wutah. Melambangkan kemakmuran, keselamatan, dan kepasrahan kepada Allah SWT. Keris ini memiliki ricikan atau kelengkapan, di antaranya luk sembilan, lambe gajah satu, jalen, pejetan, tikel alis, sogokan ngajeng lan wingking, sraweyan, dan greneng duri dibuntut/ekor keris. Emas yang menempel di gandhik keris adalah jenis kinatah panji wilis yang merupakan simbol topeng emas untuk wajah keris. ”Penjamasan ini setahun sekali pada Senin atau Kamis pertama setelah hari Tasyrik. Tahun ini, jatuh Kamis 16 Dzulhijjah 1441 H bertepatan dengan 6 Agustus 2020,” jelas Najib seperti dikutip dari radarsemarangjawapos.com. Penjamasan Keris dipimpin KH Ahmad Badawi Basyir dengan dibantu juru jamas H Faqihuddin. Penjamasan dilakukan di sebelah utara pendapa Tajug Menara Kudus. Ada beberapa prosesi yang dilakukan sebelum pusaka dijamas. Sebelum dimulai penjamasan, terlebih dahulu dilakukan ziarah ke pasarean Sunan Kudus. Dilanjutkan salawatan mengiringi petugas mengambil keris Kiai Cinthaka yang berada dalam peti. Selanjutnya, keris disiram banyu landa atau air rendaman merang ketan hitam hingga tiga kali. Kemudian dibersihkan menggunakan air jeruk nipis. Lalu dikeringkan dengan dijemur di atas sekam ketan hitam oleh KH Ahmad Badawi Basyir dengan Faqihuddin. Hal serupa juga dilakukan untuk dua mata tombak. Setelah proses penjamasan selesai, keris dikembalikan ke tempat semula diiringi bacaan selawat. Tempatnya khusus di atap tajug. Sementara dua tombak dikembalikan di tempatnya semula di dekat mimbar masjid. Setelah penjamasan selesai, dilanjutkan tahlilan bersama. Sebagai pelengkap disajikan hidangan berupa jajan pasar, berupa aneka jajan tradisional yang dibeli pagi hari di pasar. Tak ketinggalan nasi dan opor ayam panggang. ”Menurut cerita opor ayam panggang itu kesukaan Kangjeng Sunan Kudus. Sekarang menjadi makanan khas yang disajikan dalam prosesi tertentu di sini (Masjid dan Menara Kudus, Red),” imbuhnya. (ks/daf/lin/top/JPR/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: