Gibran-Teguh Terima Rekomendasi PDIP, Pengamat: Sudah Antiklimaks

Gibran-Teguh Terima Rekomendasi PDIP, Pengamat: Sudah Antiklimaks

Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa menjadi cawali-cawawali Solo SOLO - Keputusan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDIP menunjuk Gibran Rakabuming Raka dan Teguh Prakosa menjadi cawali-cawawali Solo dinilai merupakan antiklimaks. Setelah turunnya rekomendasi ini, pertarungan Pilkada Solo dinilai sudah tidak menarik lagi. Sebab, diprediksi Gibran-Teguh nyaris tidak ada pesaing sebanding. “Ya sudah tidak seru lagi sekarang. Yang menarik kan saat persaingan antara Gibran dengan Purnomo memperebutkan rekomendasi dari DPP kemarin. Sekarang sudah turun ya sudah tidak menarik lagi,” ungkap pegamat politik Universitas Slamet Riyadi (Unisri) Suwardi kepada Jawa Pos Radar Solo, kemarin. Meski demikian, Suwardi merespons positif rekomendasi ini. Sebab, rekomendasi turun sesuai keinginan masyarakat Kota Solo. Dalam hal ini mengacu pada hasil survei yang dilakukannya belum lama ini. “Survei kan merekam pendapat masyarakat dan dapat dipertanggungjawabkan secara akademik. Hasil survei tersebut elektabilitas Gibran-Teguh menyentuh angka 74 persen. Sementara 20 persen masyarakat ada yang kurang sreg dengan Gibran. Sisanya, masih belum punya pilihan. Artinya, rekomendasi sudah sesuai keinginan masyarakat,” bebernya. Namun, tingkat elektabilitas pasangan Gibran-Teguh masih kalah jauh dibanding pasangan Gibran-Purnomo. Suwardi menyebut, di awal survei diperoleh hasil 91 persen elektabilitas untuk pasangan ini. Sisanya, adalah swing vote. “Tapi menurut saya, secara perpaduan ideologi pasangan Gibran-Teguh ini sudah pas. Gibran kader baru di PDIP. Teguh kader lama, loyal, dan ideologinya tidak perlu diragukan lagi,” sambungnya. Jika membandingkan antara Teguh dengan Achmad Purnomo, Suwardi mengklaim ke-PDIP-an Teguh jauh lebih kental dibanding Purnomo. Teguh yang lebih senior ini dirasa menjadi kader yang patut mendapat rekomendasi. “Maka kombinasi ini saling melengkapi. Selain itu, Teguh yang usianya sudah matang tapi belum terlalu tua bisa mendampingi Gibran yang masih muda. Pemikiran dan kebijakan keduanya akan selaras. Dibandingkan jika keduanya sama-sama muda. Pasangan ini lebih mapan,” imbuhnya. Soal potensi melawan kotak kosong, Suwardi tidak menampik hal itu. Namun saat ini belum bisa diprediksi lantaran Komisi Pemilihan Umum (KPU) Solo masih melakukan verifikasi pasangan calon independen Bagyo Wahyono-F.X Suparjo. Jika paslon independen ini tidak lolos verifikasi, bisa dipastikan Gibran-Teguh akan melawan kotak kosong. “Kalau dari partai lain, tampaknya tidak ada. Akan mengajukan siapa? Tidak ada tokoh. Dan lagi partai-partai sudah merapat ke Gibran semua,” tandasnya. (aya/bun/ria)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: