Korelasi Muhasabah dengan Ujian

Korelasi Muhasabah dengan  Ujian

Oleh : Shodiq Khalidy, M.Pd Dunia tidaklah kekal. Sementara akhirat adalah yang kekal dan abadi. Karenanya kekayaan itu tidak kekal, kesehatan pun tidak kekal, dan kenikmatan juga tidak kekal. Segala sesuatunya, semuanya akan berakhir. Hanya Allah SWT-lah yang kekal abadi. "Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar-Rahman: 26-27). Seorang ahli hikmah berkata, "Siapa saja yang membanggakan kekayaannya, niscaya ia akan jatuh pada kefakiran. Dan siapa saja yang membanggakan kesehatannya, maka Allah akan merobohkannya dengan penyakit. Dan siapa saja yang menyia-nyiakan syukur nikmat dari Allah, maka ia akan jatuh pada kesengsaraan. Dan siapa saja yang tidak melakukan muhasabah atas dirinya sebelum hari akhir datang, pasti dia akan jatuh pada penyesalan." Seharusnya seseorang harus melakukan muhasabah sebelum Allah menghisabnya kelak. Jika tidak, dia akan menyesal dengan penyesalan yang sudah tiada guna. "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah Setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. Dan janganlah kamu seperti orang-orang yang lupa kepada Allah, lalu Allah menjadikan mereka lupa kepada mereka sendiri." (QS. Al-Hasyr: 18-19). Umar bin Khaththab berkata, "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab, timbanglah amal kalian sebelum ditimbang. Karena sesungguhnya yang meringankan hisabmu nanti adalah saat engkau menghisab hari ini. Dan persiapkanlah bekal untuk pertemuan hari akbar, hari saat dipamerkan segala amal, dan tidak ada keringanan sedikitpun hisab atas kalian." Umar bin Khaththab juga pernah menulis surat kepada beberapa gubernurnya, “Hisablah diri kalian di saat senang (lapang) sebelum saat sulit. Karena siapa yang menghisab dirinya saat senang sebelum saat sulit, dia akan menghadapi urusannya dengan ridha. Dan barangsiapa yang dilalaikan oleh kehidupannya, dan disibukkan dengan hawa nafsunya, dia akan menghadapi urusannya dengan penyesalan dan kerugian.” Muhasabah adalah sebuah upaya evaluasi diri terhadap kebaikan dan keburukan dalam semua aspeknya, baik hal tersebut bersifat vertikal, hubungan manusia hamba dengan Allah. Maupun secara horizontal, hubungan manusia dengan sesama manusia yang lainnya dalam kehidupan sosial. Muhasabah merupakan salah satu sarana yang dapat mengantarkan manusia mencapai tingkat kesempurnaan sebagai hamba Allah. "Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (menginterospeksi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah”. (HR. Imam Turmudzi). Dalam pandangan Abu Abdillah Al-Haris bin Asad al-Basri al-Bagdadi, muhasabah mewariskan nilai tambah dalam berpikir (basirah), kecerdikan, dan mendidik untuk mengambil keputusan yang lebih cepat, memperluas pengetahuan, dan semua itu didasarkan atas kemampuan hati untuk mengontrolnya. Ketika Al-Haris ditanya, “Dari mana sumber keterlambatan akal dan hati untuk menghisab diri?”Ia menjawab, “Keterlambatan itu disebabkan oleh hati. Yaitu saat hati didominasi oleh kekuatan hawa nafsu dan syahwat yang kemudian menguasai akal, ilmu, dan dalam berargumen.”Maka, “Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepadaNya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az Zumar: 54). Fenomena wabah Covid-19 yang terjadi terkait erat dengan muhasabah/evaluasi. Faktanya musibah menimpa karena lalai, manusia lalai karena tidak evaluasi diri. Ar-Ruum ayat 41 : “Bencana yang terjadi di darat dan di laut itu karena dosa yang dibuat oleh manusia agar mereka merasakan sebagian kecil dari akibat dosa mereka. Semoga teguran dari Allah ini membuat mereka taubat dan mereka kembali ke jalan yang benar. Bencana gempa bumi pernah terjadi di Madinah pada zaman pemerintahan Umar Bin Khattab. Maka, Umar berceramah, “Wahai manusia, apa yang kalian lakukan? Betapa cepatnya maksiat yang kalian lakukan. Jika terjadi gempa bumi lagi, kalian tidak akan menemuiku lagi di Madinah.” Setelah dilakukan inspeksi mendadak di Kota Madinah, didapat ada satu timbangan yang salah itupun milik pedagang Yahudi. Covid-19 yang mewabah secara regional maupun global sudah cukup dijadikan media muhasabah. Semoga ujian ini menyadarkan bangsa ini untuk segera mengevaluasi diri kembali ke jalan Allah swt agar diberi kekuatan untuk bangkit kembali berperan aktif dalam kemaslahatan dunia dan akhirat. Aamiin. (Dosen Universitas AMIKOM Purwokerto)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: