“Nata de Curcuma” dari Kunyit, Inovasi Generasi Milenial Unsoed

“Nata de Curcuma” dari Kunyit, Inovasi Generasi Milenial Unsoed

INOVASI: Proses pembuatan “Nata de Curcuma” dari kunyit dari generasi milenial UNSOED. HUMAS UNSOED UNTUK RADARMAS DI tengah wabah pandemi COVID-19, salah satu upaya mencegah penyebaran virus corona baru adalah dengan meningkatkan imun tubuh. Saat ini ada kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi obat tradisional, karena adanya perubahan gaya hidup back to nature dan mahalnya obat-obatan modern yang membuat permintaan jamu semakin tinggi. https://radarbanyumas.co.id/mahasiswa-unsoed-sulap-minyak-jelantah-jadi-pengharum-ruangan/ Secara empiris, masyarakat telah memanfaatkan rempah-rempah seperti jahe, kunyit, temulawak, dan serai untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Bahkan di awal pandemi, sempat populer adanya ramuan jamu corona dari jenis empon-empon yang dianggap dapat mencegah terpapar virus ini. Namun, masih banyak dari kalangan milenial yang tidak menyukai olahan jamu disebabkan oleh rasanya yang kurang enak. Di tangan generasi milenial Universitas Jenderal Soedirman / Unsoed tercetus inovasi baru untuk mengolah kunyit menjadi nata dengan memanfaatkan bioteknologi konvensional melalui proses fermentasi. Gagasan ini berawal dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Riset Eksakta (PKM-RE) yang lolos pendanaan pada Mei 2021 dari Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Tim PKM-RE yang diketuai oleh Annisa Auliya Rahmah beranggotakan Atika Putri, Felicia Ivena dan Monica Ramadhanti, yang berasal dari jurusan farmasi Fakultas Ilmu-ilmu Kesehatan / FiKes Unsoed. Annisa mengatakaan bahwa Nata merupakan produk pangan berupa lapisan selulosa sebagai hasil fermentasi bakteri Acetobacter xylinum yang berfungsi membentuk nata. "Produk nata yang biasanya ada di masyarakat adalah nata de coco, tapi kini bisa dikreasikan dengan penambahan perasan kunyit yang kami namai “Nata de Curcuma," tutur ketua tim. Proyek ini berawal dari tugas kuliah bioteknologi farmasi, tegas Dr.rer.nat. apt. Harwoko, M.Sc selaku dosen pendamping PKM sekaligus pengampu mata kuliah tersebut. Tandasnya lagi, produk ini diteliti di Laboratorium Pangan dan Gizi serta di Laboratorium Biologi Farmasi Unsoed, bahkan sempat dilanjutkan produksinya di rumah kontrakan ketua tim selama pemberlakuan masa PPKM. Kunyit merupakan salah satu rempah yang sudah sejak lama dikenal sebagai imunostimulan (peningkat imun). Kandungan senyawa kimia yang terdapat dalam rimpang kunyit antara lain kurkuminoid, terpenoid (minyak atsiri), flavonoid, amilum, tanin, damar, dan mineral. Hasil penelusuran literatur menunjukkan bahwa lebih dari 300 uji klinis telah membuktikan khasiat kurkumin terhadap berbagai penyakit, diantaranya untuk mengobati radang, penyakit hati, paru-paru, gangguan saraf, kardiovaskular, hingga penyakit metabolik dan degeneratif seperti kanker. "Kandungan kurkumin pada kunyit dilaporkan berfungsi sebagai imunostimulan, sebab kurkumin dapat meningkatkan proliferasi limfosit sehingga dapat meningkatkan kemampuan tubuh untuk melawan infeksi," urai Annisa. Sejauh ini sudah diperoleh formulasi Nata de Curcuma dan dibuktikan adanya kurkumin, serta diuji sifat-sifat fisik nata, meliputi organoleptik, ketebalan, dan kadar air. Rencananya pekan depan tim akan melakukan uji kesukaan (hedonik) kepada 30 responden guna mengetahui tanggapan masyarakat tentang rasa, warna, dan aroma dari Nata de Curcuma. Dalam waktu dekat, karya rekaman video pembuatan produk ini juga akan didaftarkan ke Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia untuk mendapatkan hak cipta. Selain itu, tim berusaha keras untuk menuntaskan proyek ini dan bersiap dalam monitoring dan evaluasi melalui penilaian kemajuan pelaksanaan PKM (PKP2) pada awal September. (Humas UNSOED)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: