Walah Dalah, Sinau Bareng Bablas Kruntelan Bareng, Njuk....

Walah Dalah, Sinau Bareng Bablas Kruntelan Bareng, Njuk....

(ILUSTRASI: Afrizal - radar kediri) Awalnya sih hanya sinau bareng. Lungguhe ya adoh-adohan. Tapi, suwe-suwe ada setan adu kiper, eh setan adu-adu, yang menggelitik. Mbisiki keduanya agar duduknya berdekatan saja. Terus….semangkin berdempetan. Terus…., akhirnya keduanya tak duduk, tapi berkelesotan di kasur. Maklum, belajarnya di tempat kos yang ruang tamu dan tidur jadi satu. Terus…saling pandang. Terus..saling pegang. Terus…., peh, ya terusno dewelah, karena yang ini sudah masuk kategori pilem 21+. Full saru! Eit, tapi kisah apa itu? Kok mara-mara ada kisah kruntelan nang kasur segala? Ini kisah Sudrun yang mblenjani janji. Janji setia sampai tua pada Mbok Ndewor, bojone, kalah dengan kemolekan Minthul, teman kuliah S2-nya di Kota Malang, peh, ajur jum! Lakon ini berawal ketika Sudrun pulang dengan kabar gembira. Pria 30-an tahun ini mendapat beasiswa dari tempatnya bekerja. Bisa bersekolah S-2 dengan gratis-tis. Itupun masih ditambahi uang biaya hidup plus sangu bulanan. Tapi, sekolahnya di Kota Malang. Mbok Ndewor pun ikutan gembira. Atine mongkok. Duwe suami hebat di rumah dan di kantor. “Jelas bangga, lha wong sekolah lagi itu kesempatan untuk karyawan terpilih saja,” suluknya. Memang sih, dia harus sering berpisah dengan suami tersayangnya. Tapi itu bukan masalah besar. Toh, batin Mbok Ndewor, jarak Kediri Malang tak terlalu jauh. Tak lebih dari dua jam perjalanan. Bila hasrat datang mendadak, dia masih bisa nyusul. Sebulan, dua bulan, hingga setengah tahun long distance relationship (LDR) itu mereka jalani. Memang sih, tak full LDR. Seminggu sekali Sudrun pulang. Njatah kebutuhan batin Mbok Ndewor. Toh, dia juga perlu ngetap oli biar ndak jadi kerak, he..he….he. Atau, kalau pas Sudrun banyak tugas, ganti Mbok Ndewor yang nyusul ke Malang. Toh, pasangan ini belum dikaruniai anak. Sehingga dia bisa bebas bepergian kapan saja. Nuansa romantis di Kota Apel juga menambah hasrat Mbok Ndewor berduaan dengan suaminya. “Kayak bulan madu,” bisiknya sembari tertawa manja. Lama-lama, Mbok Ndewor mulai tak betah LDR-an. Dia ingin ikut ngekos menemani suami. Tapi, Sudrun enggan. Alasannya, eman penggawean Mbok Ndewor di Kediri. Mbok Ndewor pun manut. Suatu waktu, Mbok Ndewor mulai merasakan ada yang tidak beres pada suaminya. Tepatnya pas sekolahnya masuk semester 2. Sudrun mulai jarang pulang, meskipun weekend. Perhatian pada sang istri pun meredup. Jarang video call-an. Juga jarang bersapa sayang. “Mungkin sibuk nugas,” duga Mbok Ndewor berpositif thinking. Makin hari, keanehan itu tambah menjadi. Feeling sebagai istri langsung muncul. Indra kecemburuannya bergetar. “Ada tanda-tanda Sudrun punya perempuan lain. Feeling saya sangat kuat,” katanya menahan pedih di hati. https://radarbanyumas.co.id/duh-ayah-ayah-bawa-dua-anak-dan-cucu-ke-dukun-pasang-jimat-anti-marabahaya-hasilnya-berujung-pemerkosaan/ Firasat Mbok Ndewor jitu. Sudrun ternyata kepincut dengan teman sekelasnya. Awalnya ya itu, dari sinau bareng menjadi tidur bareng. Begitu dalamnya perselingkuhan itu membuat Mbok Ndewor minta pegat. Mengakhiri mahligai perkawinan yang terjalin 9 tahun. “Saya emoh dimadu,” ucap Mbok Ndewor lirih sambil mendendangkan syair lagu karya almarhum Didi Kempot, “…dudu klambi anyar sing ana nang lemariku, nanging bojo anyar sing kok pamerke nang aku.” Oalah…nasibmu Mbok Ndewor, bukannya gelar S2 sing digawa bojomu, tapi malah B2 alias bojo kedua. Peh, jan kurang ajar tenan si Sudrun. (ica/fud/rk/rq/die/JPR/jawaposradarkediri/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: