Pekerja Malam di Pasar Kembang Divaksin Malam Hari, Alasannya Karena Mbak-mbaknya Susah Bangun Pagi

Pekerja Malam di Pasar Kembang Divaksin Malam Hari, Alasannya Karena Mbak-mbaknya Susah Bangun Pagi

JOGJA – Mengejar kekebalan kelompok di wilayah Gedongtengan, Puskesmas Gedongtengen menggelar terobosan vaksin malam hari. Terutama bagi para pekerja di Ngebong dan Pasar Kembang. Pelaksanaan vaksin juga memperingati Hari AIDS sedunia. “Kenapa pelaksanaanya malam hari? Karena mbak-mbaknya susah bangun pagi,” kata Kepala Puskemas Gedongtengan dr Tri Kusumo Bawono di sela pelaksanaan vaksin di RW 3 Sosromenduran, Sabtu malam (4/12). “Sebelumnya kami sudah tunggu di puskesmas, tapi ditunggu dari pukul 08.00, baru datang setelah pukul 12.00,” tambahnya. Pada malam sebelumnya, Puskesmas Gedongtengen juga menggelar vaksin di Ngebong atau Bong Suwung di Pringgokusuman. Kedua lokasi tersebut dikenal dengan banyaknya pekerja malam yang bekerja di sana. Pelaksanaan vaksinasi di Sarkem digelar di Balai RW 3 Sosromenduran mulai pukul 20.00. Sasarannya tak hanya pekerja yang tinggal di sana. Tapi juga freelance yang bekerja sebagai lady escort alias LC, pemilik losmen hingga pengunjung. “Kami nyegati yang freelance ini, kalau tak bisa menunjukkan kartu vaksin kami ajak vaksin,” ungkapnya. Peraih penghargaan tenaga kesehatan teladan dari Kemenkes 2019 lalu itu menambahkan, tak banyak hambatan selama pelaksanaan vaksin. Idenya untuk vaksinasi pekerja malam sudah lama. Hanya sengaja ditunda karena prioritas vaksin untuk warga ber-KTP Kota Jogja. Setelah 100 persen warga KTP Kota Jogja divaksin, ide tersebut kembali diutarakan. “Saya sowan sendiri ke sana, dijelaskan alasannya masak pengunjung wajib vaksin, yang melayani belum vaksin. Akhirnya semua mau,” ungkapnya. Alumni Fakultas Kedokteran UMY itu melakukan pendekatan secara humanis. Dia ngiming-ngimingi mbak-mbak di sana supaya bisa belanja di mal harus divaksin. Karena jadi syarat di aplikasi PeduliLindungi. “Vaksin selain untuk kesehatan juga dibutuhkan saat masuk mal, apalagi mereka suka belanja,” ujar pria yang sudah menjadi pendampin di Sarkem dan Ngebong sejak 2004 lalu itu. Menurut dia, antusias para pekerja di dua lokasi tersebut mengikuti vaksin sangat tinggi. Di Ngebong dari sebelumnya 45 orang yang mendaftar, akhirnya bisa memvakisn 69 orang. Di Sarkem bahkan lebih banyak. Dari awalnya 30 orang, ada sekitar 100 yang divaksin. Selain pekerja malam juga ada transpuan hingga pengunjung yang ikut divaksin. https://radarbanyumas.co.id/disuntik-vaksin-pl-di-purbalingga-ketakutan-hingga-menangis/ Masalah yang mungkin dihadapi adalah beberapa pekerja yang tak memiliki KTP. Bahkan ada yang belum memiliki NIK. Meskipun begitu, mereka tetap dilayani untuk vaksin. “Relatif tidak ada kesulitan. Hanya ada yang tanya setelah disuntik, hasilnya berapa hari,” katanya sambil tertawa. Itu karena pekerja di sana terbiasa di tes HIV/AIDS oleh dr Tri. “Ya saya jelaskan ini vaksin bukan tes HIV.” Untuk orang dengan HIV/AIDS (ODHA) sendiri, pria yang tinggal di Kauman, Pakualaman itu menyebut tidak masalah divaksin. Hanya syaratnya harus minum obat antiretroviral (ARV) dan lolos skrining kesehatan. Dia menyebut, ODHA yang rutin berobat ke Puskesmas Gedongtengan mencapai 356 orang. Semuanya sudah divaksin. Dalam catatanya juga ada tambahan 83 kasus baru tahun ini. Plt. Asisten Administrasi Umum Sekda Kota Jogja Kris Sarjono Sutejo yang berkesempatan meninjau vaksin di Srkem pun mengapresiasi inisiatif Puskesmas Gedongtengan. Disebutnya menjadi yang pertama di DIJ pelaksanaan vaksin di malam. “Inisitaif ini harus dicontoh puskemas lain,” pesannya. (pra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: