Dikira Sudah Meninggal, Sudah Tahlilalan, Masim Masruri Warga Magelang Ditemukan 30 Tahun Kemudian, Diketahui

Dikira Sudah Meninggal, Sudah Tahlilalan, Masim Masruri Warga Magelang Ditemukan 30 Tahun Kemudian, Diketahui

BERTEMU KELUARGA: Masim Masruri (baju hitam) bersama adik kandungnya, Musyafak, dan keponakannya, Muhammad Ridwan. (LUQMAN SULISTIYAWAN/JAWA POS RADAR SEMARANG) Berkat media sosial, anggota keluarga yang hilang sejak 30 tahun lalu berhasil ditemukan. Adalah Masim Masruri. Kakek 65 tahun ini semula sudah dianggap meninggal oleh keluarganya. Sore itu, Masim Masruri duduk dengan tatapan kosong di rumahnya, Dusun Kalisalak, Kecamatan Secang, Kabupaten Magelang. Ia mengenakan kaos oblong, sarung serbahitam, serta peci putih. Pria lanjut usia ini sempat menghilang selama 30 tahun. Keluarga dan warga sekitar mengira dia sudah meninggal. https://radarbanyumas.co.id/pengemis-yang-kerap-ludahi-pengguna-jalan-di-brebes-viral-di-medsos-langsung-ditertibkan-trantib-kecamatan/ “Kalau keluarga mengira sudah meninggal. Karena dulu pernah ada kabar dari rumah sakit kalau meninggal. Setelah dia pergi dari rumah,” ujar Musyafak, adik kandung Masim kepada Jawa Pos Radar Semarang. Setelah adanya kabar tersebut, keluarga dan warga di Dusun Kalisalak melakukan tahlilan untuk mendoakan Masim yang dianggap sudah meninggal. Mereka juga telah mengikhlaskannya. Namun tanpa diduga, selang 30 tahun kemudian, di akhir Maret 2021 lalu, Masim ditemukan masih hidup. Ia diketahui berada di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Keluarga mengetahui keberadaan Masim dari postingan di media sosial. Dalam postingan tersebut, Masim tengah dirawat oleh warga Probolinggo bernama Meri Novita. Meri menemukan Masim telantar. Sehingga ia tergerak untuk merawat. Saat meninggalkan rumah pada 30 tahun lalu, Masim memang dalam kondisi kejiwaan yang terganggu. Saat wartawan koran ini berkunjung ke rumahnya, Masim tidak banyak bicara. Hanya menghisap rokok. Sambil sesekali berbicara sendiri. Menurut keluarga, ia mengalami gangguan jiwa sejak umur 16 tahun. Lantaran depresi setelah gagal mondok di Pondok Pesantren (Ponpes) Gontor, Jawa Timur. “Kakak saya minta mondok di Gontor. Tapi orang tua tidak mampu. Akhirnya malah depresi, dan kena gangguan jiwa,” terang Musyafak. Akibat gangguan jiwa tersebut, Masim sering berpidato sendiri. Rumahnya juga dipenuhi dengan tulisan “Pondok Gontor” dan berbagai tulisan arab. “Dulu rumah ini penuh tulisan arab sama tulisan Pondok Gontor. Oleh kakak saya,” terang Musyafak, yang duduk di samping Masim. Sementara Masim masih juga bingung dengan tatapan kosong. Masih kata Musyafak, keluarga saat itu tidak mengira Masim bakal pergi jauh. Karena tidak berpamitan. Masim pergi saat usianya menginjak 35 tahun. Keluarga sempat mencari ke berbagai daerah, termasuk ke Jakarta. Namun tidak kunjung ditemukan. Mereka khawatir dengan Masim karena ia hilang dalam kondisi kejiwaan yang terganggu. Pencarian tersebut berhenti setelah adanya kabar bahwa Masim telah meninggal. Kabar ditemukannya Masim di Probolinggo diketahui oleh Muhammad Ridwan, pegawai Kecamatan Secang yang masih keluarga. Saat itu Ridwan sempat tidak percaya karena yang ia tahu Masim sudah meninggal. Dalam postingan tersebut disebutkan, telah ditemukan seorang kakek telantar asal Kalisalak, Magelang. “Saat ditanya oleh Mbak Meri. Dia (Masim) hanya menyebutkan Kalisalak, Magelang,” tutur Ridwan. Sekilas ia mengenali foto dalam postingan tersebut mirip Masim. Ia pun segera meminta kontak Meri lewat media sosial untuk memastikan kalau kakek tersebut adalah saudaranya atau bukan. Kepada Meri, Ridwan meminta divideokan jari tangan kakek tersebut. Karena ia tahu di bagian jari manis tangan kiri Masim ada bekas luka dalam. “Setelah divideo ternyata memang ada bekas luka dalam di bagian jari manis. Bekas lukanya persis seperti punya Mbah Masim,” terangnya. Akhirnya, keluarga bekerja sama dengan Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Magelang melakukan penjemputan ke Probolinggo. Saat kali pertama bertemu keluarga, Masim agak bingung, namun segera mengenali adik kandungnya. “Waktu pertama bertemu, Mbah Masim sempat mau menangis. Walaupun kondisi kejiwaannya terganggu,” ungkap Ridwan. Saat sampai di Dusun Kalisalak, warga pun sempat terkejut. Karena selama ini mereka menganggap ia telah meninggal. Ketika wartawan koran ini di rumah Masim, beberapa warga sekitar berkunjung untuk menengok. Karena sudah 30 tahun menghilang, mereka mencoba untuk menggali ingatan Masim. Namun pria 65 tahun itu lupa-lupa ingat. Apalagi dalam kondisi kejiwaannya yang terganggu. Ridwan menambahkan, rencananya ke depan Masim akan dibuatkan KTP dan Kartu Keluarga (KK). Karena sejak hilang 30 tahun lalu, ia tidak mempunyai data terkait identitas diri. (man/aro/jawapos/radarsemarang/ttg) Artikel ini telah tayang di : https://radarsemarang.jawapos.com/features/2021/03/29/dikira-sudah-meninggal-ditemukan-lewat-media-sosial/ Copyright © Radar Semarang Digital

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: