Rusia Kerahkan Jet Tempur dan Pembom Strategis Jarak Jauh ke Pangkalan Udaranya di Suriah
(Foto: Reuters/Sergei Karpukhin/File Photo) Rusia dikabarkan mengerahkan jet tempur MiG-31K dengan rudal hipersonik Kinzhal dan pembom strategis jarak jauh Tupolev Tu-22M ke pangkalan udaranya di Suriah. Kantor berita Interfax pada hari Selasa (15/2) yang mengutip kementerian pertahanan mengatakan, pengerahan pesawat canggih jet tempur MiG-31K dengan rudal hipersonik Kinzhal dan pembom strategis jarak jauh Tupolev Tu-22M untuk latihan angkatan laut. Pesawat yang dikirim ke pangkalan udara Hmeimim Rusia akan mengambil bagian dalam latihan di Mediterania timur. Latihan itu menjadi bagian dari gelombang aktivitas militer Rusia di tengah kebuntuan dengan Barat mengenai Ukraina dan keamanan di Eropa. Moskow mengumumkan pada 20 Januari lalu bahwa angkatan lautnya akan menggelar serangkaian latihan yang melibatkan semua armadanya dari Pasifik hingga Atlantik. Sekitar 10.000 prajurit, 140 kapal perang, dan lusinan pesawat ikut dalam latihan masif itu. Presiden Suriah Bashar al-Assad telah menjadi sekutu setia Moskow sejak Rusia meluncurkan kampanye serangan udara di Suriah pada 2015. Selain pangkalan udara Hmeimim, Rusia juga mengendalikan fasilitas angkatan laut Tartus. Rob Lee, seorang analis militer di Institut Penelitian Kebijakan Luar Negeri yang berbasis di AS menganalisis manuver Rusia di Suriah. Dia mengatakan Rusia mengirim jet tempur dengan rudal Kinzhal untuk pertama kalinya tahun lalu setelah memperluas landasan pacu di pangkalan untuk menangani pesawat semacam itu. Dia mengatakan pengerahan itu menunjukkan kehadiran militer Rusia yang berkembang di Timur Tengah dan kemampuannya untuk beroperasi di berbagai wilayah dan untuk memproyeksikan kekuatan. https://radarbanyumas.co.id/rusia-akan-serang-ukraina-dirilis-presiden-volodymyr-zelensky-besok-harinya/ Media Rusia mengatakan rudal hipersonik Kinzhal dapat mencapai target hingga 2.000 km (1.243 mil). Ini adalah salah satu dari beberapa senjata strategis yang diresmikan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin pada Maret 2018. Seperti diketahui, ketegangan ini masih terus berlangsung. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: