Warga Panik dan Naik Kereta Gunakan Respirator, Singapura Darurat Covid-19

Warga Panik dan Naik Kereta Gunakan Respirator, Singapura Darurat Covid-19

Seorang warga Singapura mengenakan respirator saat hendak menaiki kereta (Facebook/Complaint Singapore) SINGAPURA sedang menghadapi krisis Covid-19 kembali. Itu ditandai dengan jumlah kasus dan pasien Covid-19 di ICU melonjak. Hal itu memicu kekhawatiran berlebihan bagi sebagian warga. Pada Rabu (15/9), foto seorang pria mendadak viral karena mengenakan respirator pemurni udara bertenaga. Fotonya menyebar di media sosial. https://radarbanyumas.co.id/warga-singapura-siap-hidup-berdampingan-dengan-covid-19-seperti-influenza/ Dia terlihat menunggu kereta di stasiun MRT Serangoon. Ia tampaknya akan berangkat kerja. Tergelitik oleh pilihan alat pelindungnya, beberapa netizen mengatakan respirator mengingatkan mereka pada hal-hal seperti karakter di film Among Us. Ada pula yang memuji dia karena mengambil inisiatif dalam melindungi dirinya dari virus Korona. Kelihatannya aneh. Tapi, itu bukan pertama kalinya respirator dikenakan di depan umum. Pada Mei lalu, ketika Singapura berada dalam Peringatan Tahap 2, pengguna Facebook MD Shariff Abdullah berbagi foto seorang perempuan yang mengenakan peralatan serupa saat memesan makanan di Tekka Food Centre. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, respirator pemurni udara bertenaga melindungi pemakainya dari gas, uap atau partikel dengan menggunakan peniup untuk memaksa udara melalui kartrid filter atau tabung dan masuk ke zona pernapasan. Mereka lebih umum digunakan oleh profesional kesehatan karena nakes terkena risiko patogen aerosol yang lebih besar yang menyebabkan infeksi pernapasan akut. Padahal rekomendasi yang berlaku oleh Kementerian Kesehatan Singapura adalah masyarakat cukup memakai masker dengan kemampuan filtrasi yang lebih baik seperti masker bedah atau masker dengan sisipan filtrasi. Singapura mulai melakukan vaksinasi dosis ketiga untuk warganya Singapura sendiri memulai program nasionalnya untuk memberikan dosis ketiga vaksin Covid-19 pada Selasa (14/9). Vaksinasi booster dilakukan ketika Singapura bergulat dengan naiknya infeksi, meski lebih dari 80 persen populasinya sudah disuntik dua dosis. Singapura menjadi negara di Asia Tenggara yang juga mulai memberikan booster secara nasional. Lansia di Singapura di atas 60 tahun dan individu dengan gangguan kekebalan mulai mendapatkan suntikan ketiga jika mereka sudah menyelesaikan dosis kedua setidaknya enam bulan sebelumnya. “Bagi mereka yang memenuhi syarat untuk suntikan booster, silakan lakukan ketika Anda menerima pemberitahuan,” kata Menteri Perdagangan Gan Kim Yong. Pemerintah Singapura mengatakan sekitar 200 ribu lansia akan diberitahu melalui pesan teks terlebih dahulu. Dan, 700 ribu lansia lainnya yang memenuhi syarat diharapkan untuk mengambil dosis tambahan dalam beberapa bulan mendatang. Pada Januari lalu, Singapura mulai memberikan dosis untuk lansia. Mereka menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna untuk mendorong tingkat inokulasi di atas 80 persen pada akhir Agustus. Namun, infeksi baru cenderung meningkat tajam. Kasus harian yang dikonfirmasi mencapai 600 untuk pertama kalinya dalam 13 bulan. Berkat vaksin, pihak berwenang mengatakan 98 persen kasus baru dalam sebulan terakhir tidak menunjukkan gejala atau menunjukkan gejala ringan. Tetapi jumlah pasien di unit perawatan intensif atau yang membutuhkan oksigen mencapai 65 orang pada Senin (13/9), atau dua kali lipat seminggu sebelumnya. “Jika kita dapat menjaga jumlah kematian dan kasus ICU terkendali dengan baik meski jumlah kasus meningkat, kita akan dapat melanjutkan perjalanan pembukaan kita dengan lebih percaya diri,” tegas Gan. Program vaksin booster dimulai di tengah berulangnya arahan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) agar negara-negara kaya menunda suntikan ketiga, untuk memastikan negara-negara miskin memiliki akses vaksin yang memadai. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus berharap orang miskin di dunia harus bisa mendapatkan akses vaksin. (*/jpc/ttg)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: