AS Dukung Kedaulatan Indonesia di Natuna

AS Dukung Kedaulatan Indonesia di Natuna

JAKARTA - Amerika Serikat (AS) menyatakan dukungannya atas kedaulatan Indonesia di Laut Natuna Utara yang berbatasan dengan Laut China Selatan. Pernyataan itu disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Mike Pompeo usai pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. https://radarbanyumas.co.id/muslim-dunia-kecam-macron-presiden-turki-jangan-hargai-barang-berlabel-prancis-jangan-membelinya/ "Semua hukum internasional yang mengikat seluruh negara menolak klaim tidak sah yang dibuat oleh rezim Partai Komunis di China atas Laut China Selatan karena jelas terlihat dari kepemimpinan Indonesia yang berani terhadap isu Laut China Selatan di ASEAN dan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pemerintahan Trump sangat mendukung hal ini," kata Menteri Pompeo di Jakarta, Jumat (30/10). Menurut Pompeo, AS menyambut baik tindakan-tindakan penting yang telah diambil Indonesia dalam menjaga kedaulatan maritimnya di sekitar Kepulauan Natuna. "Amerika ingin bekerja sama dengan Indonesia dalam mencari upaya-upaya baru buat memastikan keamanan laut di Laut China Selatan dan stabilitas di salah satu jalur perdagangan paling sibuk di dunia tersebut," ujarnya. Pompeo menyatakan, Amerika dan Indonesia sepakat untuk memajukan kerja sama perdagangan bilateral. Kata dia, Amerika akan mendorong lebih banyak lagi investor Amerika untuk menanamkan modalnya di Indonesia, terutama dalam sektor digital, energi, dan infrastruktur. "Amerika juga akan mengajak para pebisnis swasta AS untuk menyokong rencana Presiden Joko Widodo untuk membangun lebih dari 250 proyek infrastruktur senilai USD327 miliar," imbuhnya. Sementara itu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi membenarkan bahwa dirinya dan Pompeo tengah membahas konflik di Laut China Selatan. Bagi Indonesia, situasi di Laut China Selatan harus dipertahankan untuk tetap stabil dan damai. "Hukum-hukum internasional, terutama UNCLOS 1982, mesti dihormati dan dilaksanakan. Sehingga segala klaim terhadap wilayah di Laut China Selatan sepatutnya berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional diakui secara universal, termasuk UNCLOS 1982," kata Retno. Pada pertemuan itu, Retno menegaskan mengenai komitmen Indonesia dan ASEAN dalam memelihara perdamaian, kestabilan, dan kesejahteraan di kawasan Asia Tenggara, seperti tertuang dalam komunike bersama para menteri luar negeri ASEAN pada 8 Agustus 2020. "ASEAN telah memainkan peran sangat penting dalam mempertahankan perdamaian dan stabilitas di kawasan," ujarnya. Selain itu, kata Retno, Indonesia dan Amerika juga berkomitmen untuk memajukan kerja sama Indo-Pasifik yang terbuka, inklusif, transparan, dan berdasarkan aturan yang telah disepakati. "Kami juga sepakat untuk memperkuat kerja sama ekonomi, khususnya untuk memperkuat rantai pasokan global dan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19," katanya. "Dan juga pentingnya fasilitas GSP(Generalized System of Preferences) yang tidak hanya menguntungkan bagi Indonesia, tapi juga untuk kalangan bisnis di Amerika," imbuhnya. Retno juga mendorong, para pengusaha Amerika untuk lebih banyak berinvestasi di Indonesia, terutama bagi proyek-proyek di pulau terluar, seperti Kepulauan Natuna. Dapat diketahui perairan Natuna di Kepulauan Riau, yang merupakan bagian Laut China Selatan, kerap diklaim China sebagai wilayahnya berdasarkan sembilan-garis-putus atau nine dash line. Laut Natuna Utara dan Laut Natuna adalah perairan yang mengelilingi Kepulauan Natuna di Provinsi Kepulauan Riau. Natuna berada di jalur pelayaran internasional Hong Kong, Jepang, Korea Seatan dan Taiwan. Kabupaten Natuna memiliki cadangan minyak sebesar 1,4 miliar barel dan cadangan gas bumi sebesar 112,3 miliar barel. (der/fin)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: