Italia Kian Parah, Korban Meninggal Lampaui China
Reuters/FIN/Radarma.co.id ANGKUT JENAZAH: Truk-truk militer di Italia berjajar mengangkut jenazah dari rumah sakit untuk dibakar. JAKARTA – Angka kematian akibat pandemi virus Corona (Covid-19) di Italia melampaui kasus di Cina. Hingga Kamis (19/3) waktu setempat, angka kematian karena Covid-19 di negeri Pizza tersebut mencapai 3.405 orang, atau bertambah 427 korban jiwa dalam tempo 24 jam. Berdasarkan data yang dirilis John Hopkins University, angka kematian akibat pandemi virus corona di Cina secara total sejauh ini mencapai 3.249 atau 156 lebih sedikit dibandingkan Italia. Dengan begitu, saat Italia menjadi negara dengan korban jiwa terbanyak di seluruh dunia. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres memperingatkan dampak virus corona bisa berpotensi semakin parah. “Jika kita membiarkan virus menyebar, terutama di wilayah paling rentan di dunia maka itu bisa membunuh jutaan jiwa,” kata Guterres seperti mengutip AFP, Jumat (20/3). Penurunan jumlah korban jiwa di Cina dipicu laporan nihil infeksi virus corona, terutama di kota pusat penyebarannya di Wuhan. Untuk pertama kalinya, Cina menyatakan nihil pasien baru Covid-19 sejak mewabah pada akhir Desember 2019. Minimnya kasus baru di dalam negeri menandakan upaya penanganan pandemi virus corona di Cina telah menemui titik terang. Cina di ambang kemenangan melawan virus corona. Meski demikian, Cina masih dihantui ancaman penyebaran virus dari luar. Sebab kasus infeksi virus corona di luar China justru semakin bertambah 34 kasus penularan dari luar negeri. Sementara itu, Italia memberlakukan aturan pembatasan wilayah (lockdown) untuk menekan laju penularan virus corona. Hanya saja, kebijakan tersebut tidak secara signifikan menurunkan jumlah kasus dan korban jiwa akibat infeksi corona. Perdana Menteri Italia, Giuseppa Conte mengatakan, pemerintahannya tengah mempertimbangkan sejumlah langkah untuk mengatasi penyebaran pandemi corona. Salah satunya dengan memperpanjang kebijakan lockdown terhadap aspek bisnis, sekolah, dan aktivitas warga. Sementara itu, tim medis dari Cina yang turun tangan membantu Italia mengatakan, bahwa warga kerap acuh terhadap kebijakan lockdown yang mengharuskan warganya berada di dalam rumah. Ketua Palang Merah Cina, Sun Shuopeng dalam konferensi media di Milan membandingkan kondisi saat lockdown di Lombardy dan Wuhan. “Sebulan sejak aturan lockdown diberlakukan di Wuhan, kami melihat tren penurunan infeksi corona. Sementara di Milan, area dengan penyebaran Covid-19 terbesar, aturan lockdown tidak berlaku secara ketat,” ungkapnya. “Transportasi umum tetap beroperasi dan warga tetap beraktivitas, mereka tetap makan malam dan pesta di hotel dan tidak mengenakan masker. Kami rasa warga harus ikut serta aktif memerangi Covid-19 dan patuh terhadap aturan,” ujarnya menambahkan. (der/afp/fin)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: