Krisis Kemanusiaan Mengikis Generasi Muda Yaman

Krisis Kemanusiaan Mengikis Generasi Muda Yaman

HAMDAN – Anak-anakmenjadipihak yang paling menderitasaatperangberlangsung. Begitugambaran yang terjadi di Yamankini. Mengutip TRT World, PBB memperkirakanlebihdari 400 ribubalita di Yaman menghadapi malnutrisi akut. Sedangkan Reliefweb mencatat 2,2juta anak Yaman tinggal di 75 distrik yang tidak dapat diakses bantuan kemanusiaan, menghadapi kekurangan pangan. Laporan lebih jauh disebutkan UNICEF, perang Yamanmen jadi krisis kemanusiaan terbesar di dunia dengan lebih dari 24 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan, termasuk lebih dari 12 juta anak-anak. Andi Noor Faradibadaritim Global Humanity Response (GHR) – ACT mengatakan, melalui kepedulian dermawan, ACT terus berikhtiar meredam krisis pangan di Yaman. Seperti Januari lalu, berkolaborasi dengan Kitabisa, paket pangan berisi kebutuhan sehari-hari dibagikan kepada sejumlah keluarga di Kota Ablas, Distrik Hamdan, Kegubernuran Sanaa, Yaman. “Paketpangan kami peruntukkan kepada pengungsi internal. Dampak perang yang menghancurkan dan melumpuhkan ekonomi, kata Faradiba. Para ibu pun terpaksa menjadi tulangpunggung keluarga. Sebab itu, lanjut Faradiba, paket pangan diprioritaskan untuk ibu dan anak. “Mayoritas keluarga sasaran adalah keluarga paling prasejahtera yang memiliki anak yang menderita kekurangan gizi akut,” tegas Faradiba. Senada dengan itu, Giyanto dari ACTJawa Tengah (ACT Jateng) menyampaikan, jutaan masyarakat Yaman meninggalkan tempat tinggal dan pindah ke tempat yang mereka anggap lebih aman dari konflik perang. “Di tempat tinggal baru, tidak ada kesempatan kerja yang bisa mereka lakukan. Ketahanan mereka terancam dan membuat masyarakat Yaman sepenuhnya bersandar pada bantuan kemanusiaan,” ujar Giyanto. Secara berkala bantuan kemanusiaan dari ACT terus diberikan oleh penyintas bencana perang di Yaman. “Bantuan dari para dermawan khususnya di Jawa Tengah sudah ACT wujudkan dalam bentuk paket pangan, pelayanan kesehatan, hingga bantuan kebutuhan pokok bagi para pengungsi,” imbuh Giyanto. Selain menderita kekurangan gizi akut, anak-anak Yaman juga terbunuh atau mengalami cacat karena perang. Menurut UNICEF, perang membuat sekolah dan rumah sakit tidak dapat lagi digunakan. Hal itu telah mengganggu akses ke layanan pendidikan dan kesehatan, membuat anak-anak semakin rentan dan kehilangan masa depan. [adv]

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: