Paus Angkat Kardinal Baru dari Indonesia

Paus Angkat Kardinal Baru dari Indonesia

em>FIN KARDINAL BARU ASAL INDONESIA : Paus Francis menetapkan 13 kardinal baru pada prosesi di Basilika Santo Petrus di Vatikan, kemarin (6/10), salah satunya dari Indonesia. VATICAN - Paus Francis menetapkan 13 kardinal baru pada prosesi yang berlangsung di Basilika Santo Petrus di Vatikan, kemarin (6/10). Yang mengejutkan, satu diantaranya berasal dari Indonesia yakni Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, seorang uskup agung dari Jakarta. Indonesia sendiri dikenal sebagai negara muslim terbesar di dunia. Paus tentunya memiliki penilaian tersendiri dengan penetapan Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo sebagai kardinal. Bahkan, hampir 50 persen kardinal baru yang ditetapkan berasal dari negara berkembang. Ya, sepuluh dari 13 uskup yang diangkat berada di bawah usia 80 tahun. Dengan penetapan tersebut, Francis telah menunjuk lebih dari setengah dari 128 kardinal. Langkah ini melanjutkan kebijakan progresif dari Paus Benediktus maupun Paus Yohanes Paulus yang telah wafat. Pada sebuah upacara di Basilika Santo Petrus yang dikenal sebagai konsistori, Francis memberikan biretta merah atau topi, yang melambangkan untuk selalu berbelas kasih dengan orang lain dan setia. Dari distribusi geografis yang ada, dipilihnya kardinal-kardinal baru mencerminkan keinginan Francis untuk memberi lebih banyak pengaruh gereja-gereja nasional kecil di luar Eropa dan Amerika Utara. Terutama negara-negara di pinggiran kekuatan politik dunia. "Saya pikir paus ingin membuat gereja-gereja yang hampir tidak terlihat terlihat jelas," terang Kardinal Cristobal Lopez Romero dari Rabat, ibukota Maroko, yang sangat Muslim. Romero merupakan kardinal dengan usia 67. Ia satu dari empat pemilih kardinal baru yang berpengalaman dalam Islam. Tiga di antara kardinal yang dekat dengan masyarakat muslim yakni Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot (67) kepala departemen Vatikan Spanyol untuk dialog antaragama. Kemudian Kardinal Inggris Michael Fitzgerald, 82, salah satu pakar terkemuka gereja tentang Islam dan Alquran, dan Kardinal Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo, uskup agung Jakarta, negara dengan populasi muslim terbesar di dunia. Keempatnya dinilai sebagai sosok yang memperjuangkan keadilan sosial dan membela hak-hak orang miskin dan imigran, juga menonjol di antara para kardinal baru. Sementara Kardinal Alvaro Leonel Ramazzini Imperia (72) dari Guatemala dinilai sebagai sosok yang telah berjasa dalam membantu petani di sana. Ia membeli tanah mereka untuk menanam kopi, memimpin kampanye melawan polusi yang disebabkan oleh penambangan, dan berdiri untuk perusahaan multinasional. Kardinal Michael Czerny (70) warga Kanada yang lahir di bekas Cekoslowakia. Ia telah bekerja dengan orang miskin di El Salvador dan Kenya. Ia pun dikenal sebagai sosok yang paham dengan migrasi dunia. Lalu ada sosok Kardinal Jean-Claude Hollerith (61) dari Luksemburg yang telah mengambil sikap yang kuat terhadap para pemimpin populis Eropa, yang sebelumnya melakukan diskriminasi terhadap migran muslim. Lalu ada Kardinal Italia Matteo Zuppi (63). Uskup agung Bologna, berasal dari Komunitas Santo Egidio yang berpusat di Roma ini dinilai orang yang peduli dalam membantu orang miskin, migran, tuna wisma dan pengungsi di seluruh dunia. Kardinal Frivolling Ambo Besungu (59) uskup agung Kinshasa di Republik Demokratik Kongo, membela mantan presiden Joseph Kabila ketika ia menunda pemilihan dan juga membela umat Katolik yang ikut serta dalam demonstrasi pro-demokrasi. Selanjutnya ada Kardinal Tamkevicius (81) dari Lithuania. Tamkevicius telah menghabiskan enam bulan di penjara dan lebih dari lima tahun di pengasingan di Siberia karena pembelaannya atas kebebasan beragama selama era Soviet. Paus juga mengangkat Juan de la Caridad Garcia Rodriguez (71) sebagai Kardinal dari Kuba. Sosok yang dikenal membantu membuat para imam melayani para tahanan di pulau yang dikelola komunis itu setelah pemerintah mulai mengizinkan mereka pada akhir 1980-an. (fin/ful)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: