Lautan Mulai Hancur karena Pemanasan Global

Lautan Mulai Hancur karena Pemanasan Global

AFP / Archives / Johannes EISELE ES MENGAPUNG: Sebuah gunung es mengapung di dekat Newfoundland pada 29 Juni 2019. Para ahli iklim PBB di MOnaco, Rabu (25/9) ini akan mengungkapkan gambaran menyeramkan lautan dan es di planet ini. Bukti baru pentingnya berperang melawan pemanasan global untuk menanggapi kelambanan para pemimpin dunia. Terlepas dari marahnya aktivis muda Swedia Greta Thunberg, yang telah diundang ke PBB, nyatanya KTT iklim Senin (23/9) di New York dinilai gagal membuat keputusan serius oleh para pendukung iklim. "Jutaan orang di jalan-jalan hari Jumat menegaskan bahwa mereka tidak akan lagi menerima sikap apatis, permintaan maaf, dan diamnya pemimpin dunia, lemah dan tidak mampu melawan kekuatan industri bahan bakar fosil." komentar Jennifer Morgan, direktur Greenpeace International seperti ditulis AFP. "Pemerintah perlu tahu, bahwa janji-janji mereka harus menjadi tindakan dan benar-benar dapat membuat perbedaan. Itu bisa menjadi investasi untuk masa depan," ujar Stephen Cornelius dari WWF, yang menghadiri sesi itu sebagai pengamat, mengatakan kepada AFP. Para ilmuwan dan diplomat dari 195 negara anggota Giec telah membuat kesimpulan Selasa pagi kemarin. Sebelumnya mereka melakukan perdebatan selama 27 jam terakhir untuk membahas laporan setebal 900 halaman. Mereka butuh satu malam tanpa tidur untuk membahas keberatan Arab Saudi sebagai negara penghasil minyak terbesar di dunia. Lautan, yang mencakup lebih dari 80 persen permukaan bumi, telah menyerap sekitar seperempat dari emisi gas rumah kaca yang dihasilkan manusia. Sehingga suhu laut naik, terjadi pengasaman, dan hilangnya oksigen. Begitu juga lapisan es hingga gletser, area beku di planet ini yang tidak terhindar dari dampak buruk pemanasan global. Naiknya permukaan laut akibat penyempitan lapisan es Antartika dan Greenland akan mengancam banyak wilayah pesisir. Dari negara pulau kecil hingga kota metropolitan besar seperti New York atau Shanghai, hingga delta Sungai Gangga atau Mekong. Dengan atau tanpa langkah-langkah pencegahan, kondisi semakin menakutkan. Saat ini, dengan pemanasan hanya + 1 ° C, dampaknya sudah sangat terasa. Dari badai hingga banjir, melalui kekeringan dan gelombang panas yang mematikan. (afp/acd)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: