Assen, Ujian Perdamaian Rossi-Marquez
BARCELONA- Dua hal yang membuat Valentino Rossi panen pujian di GP Catalunya Minggu (5/6). Pertama cara membalapnya yang luar biasa. Kedua karena kebesaran hatinya berdamai dengan seterunya Marc Marquez. Untuk alasan pertama, pujian langsung datang dari rekan setim sekaligus rival terbesarnya saat ini Jorge Lorenzo. Seperti Lorenzo, Rossi juga mengeluhkan perubahan lay out Sirkuit Catalunya pasca tewasnya rider Moto2 Luis Salom Jumat (3/6). Perubahan tersebut, memaksa para rider melibas dua tikungan baru menggunakan gigi satu. Area dimana YZR-M1 bakal mengalami kesulitan. Selain itu, M1 juga dirundung masalah dalam mengatasi degradasi permukaan ban. Lorenzo menyebut dengan ban medium balapan akan selesai dalam 7-8 lap. Dengan perkiraan itu pula, ditambah tingginya suhu udara saat race, duo rider Yamaha dan mayoritas pembalap top lainnya memilih kombinasi ban hard-hard untuk mengarungi balapan selama 25 putaran. Feeling buruk yang dirasakan Lorenzo sepajang akhir pekan terbukti. Setidaknya untuk dirinya sendiri. Tampil bagus di lap pertama, kecepatannya terus menurun pada lap-lap berikutnya. Sampai pada lap tujuh posisinya sebagai pimpinan lomba direbut Rossi. ''Rossi dengan motor yang sama tidak mengalami masalah aus yang sama denganku. Dia membalap dengan gaya yang berbeda dan mampu menghemat ban depan. Dia juga sangat bagus dalam kondisi sulit, seperti kondisi trek tanpa grip,'' akunya dilansir Crash. Pujian kemudian keluar tulus dari bibir sang juara bertahan. ''Hari ini (Minggu) dia membalap dengan luar biasa. Aku tidak mampu membalap seperti dia dan tidak bisa mengubah gaya membalapku untuk menghindari masalah pada ban depan. Itu yang sebenarnya,'' ucapnya. Tentang alasan kedua, insiden tewasnya Luis Salom menjadi alasan Rossi mengakhiri perseteruannya dengan Marquez. Menurutnya setelah kematian rider muda Spanyol itu semua hal menjadi tidak penting. Termasuk perang dinginnya dengan Marquez. ''Dan bersalaman adalah hal yang tepat untuk dilakukan,'' kata Rossi. Dari pengakuan Marquez, dialah yang berinisiatif menyodorkan tangan untuk bersalaman dengan Rossi di parc ferme. ''Aku melihatnya tapi aku tidak tahu apa yang ingin dia lakukan. Lalu aku mendekatinya dan menyalaminya. Aku rasa dia (Rossi) baru saja melakoni balapan sangat hebat dan kemenangan itu layak didapatnya,'' ujar rider 23 tahun tersebut. Perdamaian itu terus berlanjut di saat jumpa pers setelah balapan. Keduanya sudah bisa bercanda dan saling memuji satu sama lain seperti dulu saat insiden Sepang 2015 belum terjadi. Saat wartawan menanyakan apakah dengan salaman itu hubungan keduanya akan membaik ke depannya, Rossi langsung menyaut “yes”. Lalu Marquez meresponnya dengan menepuk bahu Rossi dan keduanya tersenyum. Tentu ini adalah awal yang bagus baik bagi keduanya maupun untuk MotoGP secara keseluruhan. Ujian pertama atas perdamaian tersebut adalah GP Assen 26 Juni nanti. Assen adalah salah satu sirkuit favorit Rossi. Tahun lalu, dia menang di sana setelah berduel sengit dengan Marquez. Jelang dua tikungan terakhir keduanya bersenggolan dan Rossi nyaris terjatuh. Rider 37 tahun tersebut kemudian mampu mengendalikan motornya menerabas gravel dan finis di depan. Marquez tak terima dengan keputusan race direction yang tidak menjatuhkan penalti kepada Rossi karena menerabas gravel tersebut. Momen tersebut memanaskan hubungan kedua rider setelah insiden pertama di GP Argentina sebelumnya dimana Marquez terjengkang saat disenggol buntut motor Rossi. Dua peristiwa itu pula yang konon membuat Marquez geram pada Rossi karena peluangnya menjadi juara dunia raib. Dari Insiden lainnya, Lorenzo menyatakan tidak terima dengan keputusan race director yang menghukum rider Ducati Andrea Iannone dengan start di posisi buncit di GP Assen. Menurutnya hukuman tidak adil. ''Karena setelah 7-8 lap (di GP Assen) dia akan tetap merangsek ke depan karena motornya memang cepat,'' keluh Lorenzo. Rider Spaniard itu mengatakan, seharusnya hukuman untuk Iannone lebih keras dari itu. Yakni larangan membalap untuk satu seri. Akibat kecelakaan tersebut Lorenzo kehilangan posisi sebagai pemuncak klasemen dan kini harus mengejar defisit 10 poin dari Marquez.(cak)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: